PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR --Mahasiswa sebaiknya membentuk lembaga pers mahasiswa dan kemudian membuat media massa internal, baik berupa media cetak, media elektronik (radio) maupun berupa media daring (media online).
“Melalui lembaga pers tersebut, melalui media massa internal kampus, mahasiswa memberi berbagai macam informasi berita kegiatan internal kampus, membuat artikel opini, serta mengkritisi kondisi dan kebijakan kampus,” kata Pelatih Nasional Wartawan PWI, Asnawin Aminuddin.
Hal itu ia sampaikan saat membawakan materi “Pengantar Jurnalistik” pada “Pelatihan Jurnalistik dan Multimedia Vol. 2”, di RKU Hall lantai 3 Gedung FKIK, Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Sabtu, 09 Agustus 2025.
“Pimpinan kampus seperti rektor dan dekan, juga bisa terbantu dengan informasi berita yang disajikan di media internal kampus yang dikelola lembaga pers mahasiswa, karena tidak semua informasi dan kejadian itu diketahui oleh pimpinan. Mungkin karena kesibukan atau tidak ada yang menyampaikan kepada mereka,” kata Asnawin.
Menjawab pertanyaan mahasiswa, ia mengatakan, kritik atas berbagai kebijakan dan kondisi kampus melalui media internal kampus mungkin saja akan membuat pimpinan merasa tidak nyaman, tetapi itu bisa diatasi dengan melakukan komunikasi bersama penasehat lembaga pers dan unsur pimpinan kampus sebelum kritikan tersebut disampaikan.
“Di sinilah gunanya rapat redaksi. Dalam rapat redaksi dibuat perencanaan liputan, membahas hasil liputan dan kemudian menyiarkannya dalam pemberitaan. Kritik keras bisa disampaikan dengan bahasa yang santun, jadi tidak harus dilarang diberitakan. Rapatkanlah dulu di redaksi dan kalau memang agak keras kritikannya, bisa undang pembina redaksi dalam rapat untuk membahasnya sebelum diberitakan,” tutur Asnawin.
Dalam materinya, ia menyampaikan pengertian dan sejarah jurnalistik, fungsi pers, produk-produk jurnalistik, kode etik jurnalistik, organisasi pers, jenis-jenis media, serta perubahan dan perkembangan di dunia jurnalistik, serta tantangan yang dihadapi media dan wartawan dewasa ini dengan hadirnya berbagai macam flatform media sosial dan artificial intelligence (AI) seperti ChatGPT.
Selain itu, lanjut Asnawin yang sehari-hari staf Humas Unismuh Makassar, juga berkembang praktek jurnalisme warga atau citizen journalism, yaitu kegiatan pelaporan berita dan informasi oleh masyarakat umum yang bukan merupakan jurnalis profesional.
“Mereka menggunakan berbagai platform, termasuk media sosial dan internet, untuk berbagi cerita dan informasi tentang peristiwa di sekitar mereka. Jurnalisme warga menekankan peran aktif masyarakat dalam proses produksi informasi berita.
Mereka bukan wartawan profesional, bukan wartawan atau jurnalis yang bekerja di media massa konvensional. Jurnalisme warga memungkinkan penyebaran informasi yang mungkin terlewatkan oleh media massa tradisional,” papar Asnawin.
Tantangan Tenaga Kesehatan
Pelatihan Jurnalistik dan Multimedia Vol. 2 dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan III FKIK Unismuh, dr. Asdar, Sp.B., dihadiri Ketua Panitia dr. Ikhsan Mursad, Sekretaris Panitia dr. Dzar Fadli El Furqan, serta anggota panitia dr. Baso Nuzul Maqfir, dr. Irham Ma’ruf, dan dr. Ulfa Dwiyanti.
Ada beberapa materi pada pelatihan yang mengusung tema “Jurnalis Muda, Gema Suara Baru di Tengah Arus Digitalisasi” dan diikuti puluhan mahasiswa dari berbagai program studi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK).
Materi-materi tersebut yaitu “Pengantar Jurnalistik” (Asnawin Aminuddin, jurnalis senior), “Perencanaan Peliputan dan Teknik Wawancara” (Muhammad Hasyim Arfah, Redaktur Tribun Timur), “Penulisan Berita dan Penyuntingan Naskah” (Hadisaputra, Kepala Humas Unismuh Makassar), “Fotografi Jurnalistik” (Sanovra Jr, fotografer Tribun Timur), serta “Strategi Pengelolaan Media Sosial” (Ilham Akbar, konsultan media sosial).
Ketua Panitia, dr. Ikhsan Mursad, mengatakan kegiatan ini bertujuan mewadahi minat dan bakat mahasiswa dalam bidang jurnalistik dan media.
“Kegiatan ini penting bagi mahasiswa kesehatan. Dalam praktik sehari-hari, baik saat kuliah maupun di tengah masyarakat, mereka membutuhkan keterampilan komunikasi dan kemampuan menyampaikan informasi, khususnya terkait kesehatan,” ujarnya.
Ikhsan menambahkan, di era digital semua bidang, termasuk kesehatan, tak lepas dari multimedia. Menurutnya, mahasiswa perlu memahami pemanfaatan multimedia secara tepat untuk mendukung profesi mereka kelak.
Wakil Dekan III, dr. Asdar, Sp.B., mengingatkan peserta untuk mengoptimalkan kesempatan yang difasilitasi fakultas.
“Mahasiswa harus memanfaatkan pelatihan ini dengan baik. Tantangan tenaga kesehatan ke depan adalah menyajikan informasi secara kreatif, terutama di era digitalisasi,” kata Asdar. (win)