Mantan Kepala Dinas Perkebunan Sulawesi Barat itu menambahkan, penghargaan nomor satu yang diterima, menandai keberhasilan Sulawesi Barat yang signifikan, utamanya dalam mengatasi masalah gizi, khususnya stunting dan kurang gizi lainnya.
Penurunan angka ini secara signifikan menunjukkan efektivitas program intervensi gizi spesifik dan sensitif yang dijalankan di Sulawesi Barat. Di antaranya menyangkut penguatan layanan kesehatan primer, intervensi gizi terpadu, edukasi dan pemberdayaan masyarakat, hingga kolaborasi lintas sektor, dan pemanfaatan data akurat.
“Capaian yang kami peroleh ini juga, merupakan buah dari implementasi program-program kesehatan dan gizi yang terarah, inovatif, dan berkelanjutan yang dilakukan secara bersama sama berbgaia komponen di Sulawesi Barat,” jelasnya.
Di bagian lain, aktivis mahasiswa di zamannya itu melihat, penghargaan yang diterima sekaligus merupakan buah dari komitmen kuat bersama. “Artinya, apa yang diraih Provinsi Sulawesi Barat di level nasional ini, bukan sekadar tentang angka, tetapi tentang kehidupan anak-anak kita, masa depan generasi penerus di Bumi Manakkara,” urainya.
Meski telah meraih pengakuan nasional, namun ASN yang mengawali karirnya di Dinas Perkebunan Kalimantan Barat itu mengatakan, perjuangan belum berakhir.
“Perlu diingat, meski sudah mendapat pengakuan nasional, namun kami di Sulawesi Barat tidak berhenti berjuang. Target kami adalah nol kasus undernourishment baru dan memastikan setiap jiwa di Sulawesi Barat tumbuh optimal. Untuk itu, Pemprov Sulawesi Barat terus memperkuat kolaborasi, pemerataan layanan hingga ke pelosok pelosok desa, sekaligus melibatkan seluruh elemen masyarakat dalam gerakan hidup sehat. Kami tidak main main soal kesehatan,” tutup Waris—pria asal Polman ini. (din pattisahusiwa)