Prof. Drs. H.Hamdan Juhanis, M.A., Ph.D Guru Besar Pengetahuan vs Guru Besar Kebijaksanaan

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

“Dari mana ki, Pak?,” tanya Profesor itu setelah mengamati orang yang di depannya duduk diam dan ingin memecahkan kebuntuan. Orang tersebut pun menjawab sekenanya.
“Apa kegiatan ta?,” usut sang Profesor lagi.
“Saya hanya pekerja kebun,” jawab orang yang di depan sang Profesor.
“Kerja kebunnya orang?,” sang Profesor mengusut.
“Bukan, kebun sendiri!,” balas orang di depan Profesor.
“Bapak, saya sebagai guru besar,” kata sang Profesor menjelaskan perihal dirinya.
“Luar biasa,” kata pekebun itu kagum.
Sambil menikmati perjalanan kereta, Profesor itu pun mengajak ‘sahabat’-nya itu main tebak-tebakan tentang ilmu pengetahuan.
“Jangan mi, Pak!. Saya hanya tukang kebun, Bapak, Profesor. Tidak mungkin saya melawan tebak-tebakan Bapak,” jawab tukang kebun itu merendah.
“Tidak apa-apa. Kita coba,” kata Profesor, lalu mengatakan,” kalau Bapak tidak menjawab pertanyaan saya, Bapak kasih saya Rp 100 ribu. Lalu bapak bertanya kepada saya dan saya tidak bisa menjawab, saya kasih 1 juta”.
“Boleh juga, Pak!,” jawab tukang kebun itu terlihat pasrah.
“Pertanyaan saya kepada Bapak, berapa kilometer jarak dari bumi ke bulan?,” tanya sang Profesor.
“Tidak tahu ka, Pak,” jawab pekebun serta merta dan tanpa pikir sama sekali.
Lalu Profesor itu minta Rp 100 ribu. Dikasihlah 100 ribu,
“Berapa memang jaraknya, Pak,” pekebun itu kembali bertanya.
“384.400 km!,” jawab si Profesor membuat pekebun itu terdiam. Luar biasa. Lalu Profesor itu mengatakan, “Bapak lagi yang bertanya kepada saya”.
“Binatang apakah itu kalau dia mendaki kakinya tiga dan kalau turun dari pendakian, kakinya menjadi empat,” tanya tukang kebun itu setelah lama juga berpikir.
Setelah lama tidak mendengar jawaban sang Profesor karena tidak menemukan jawaban, tukang kebun itu langsung meminta 1 juta.
“Saya penasaran, binatang apakah yang dimaksud?,” Profesor balik bertanya setelah membayar kepada tukang kebun 1 juta.

Baca juga :  Bumi Karsa Siap Beri Dukungan Dalam Pengembangan Infrastruktur di Indonesia

“Maaf, saya juga tidak tahu!,” jawab tukang kebun setelah pura-pura lama berpikir dan pekebun itu menyerahkan 100 ribu.
Jadi Profesor kalah 800 ribu. Inilah contoh, guru besar yang bukan guru kebijaksanaan. Dia sangat mengandalkan dirinya, kehebatannya. Dia tidak hanya kehilangan 800 ribu, tetapi juga kehilangan jati dirinya terhadap seorang tukang kebun. Prof. Darmawati, Prof. Tasmin, dan Prof. Abdullah, janganlah seperti itu!
Hamdan Juhanis agaknya sudah mempersiapkan alat peraga yang dia gunakan untuk memberikan analogi filosofis yang diamanahkannya kepada para guru besar. Sebatang pensil pernah menjadi alat tulis utama para anak didik pada masa yang lalu. Pensil, ujungnya dipakai menulis. Menulis kehidupan. Kalau ada yang salah, kita balik, kita hapus yang salah. Inilah hidup. Hidup sejatinya seperti pensil.

Tiba-tiba kita salah dan gagal. Kita patahkan pensil itu menjadi dua. Tetapi ternyata sebagai guru kebijaksanaan, di tengah kepatahan dan kejatuhan itu, begitu banyak peluang yang bisa tercipta. Apa yang dilakukan? Suasana hening, tak seorang pun dari ketiga guru besar baru memberi solusi. Kata Hamdan Junanis, di ujung-ujung yang patah itu ada kita dapat ‘belajar’. Dia mengambil alat peraut pensil (pakoro, bahasa daerah). Akhirnya, saya memiliki tiga ujung yang bisa dipakai untuk menuliskan kehidupan yang tadinya sudah patah. Kita semua melakukan ini karena waktu kecil pernah menulis menggunakan pensil. Dan, sama, kita menghapusnya begitu mudah. Makanya, ketika masih kecil itu hidup itu terasa indah. Mengapa kesalahan-kesalahan itu begitu mudah terhapus. Kesalahan yang kita buat saat menjadi dewasa adalah menulis memakai pulpen, sehingga jika tulisan itu salah, tidak bisa terhapus.

“Maka kepada ketiga guru besar ini mari kita kembali menulis dengan pensil,” ajak Prof. Hamdan Juhanis, terdengar bercanda disahuti tepuk tangan yang hadir, namun secara filosofis memiliki makna terdalam. (mda).

1
2
TAMPILKAN SEMUA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Dilaporkan Gelapkan Surat Tanah Warisan, Janda Beranak Satu Asal Pekan Baru Minta Perlindungan Kapolri

PEDOMANRAKYAT, MEDAN - Tomay Maya Sitohang orang tua dan ibu kandung dari Catherin Angela Mariska Sitorus minta perlindungan...

Perempuan di Makassar Lawan Upaya Pemerkosaan, Tusuk Pelaku yang Menyamar dengan Jilbab

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR — Seorang perempuan di Kota Makassar nyaris menjadi korban kekerasan seksual di kamar kosnya di kawasan...

PHDI Luwu Timur Serahkan Punia di Pura Jagatnatha Kertoraharjo

PEDOMANRAKYAT, TOMONITIMUR — Dalam suasana khidmat perayaan Odalan Purnama Kapat, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Luwu...

Cooling System, Sat Binmas Polres Soppeng Sambangi SMPN 1 Watansoppeng

PEDOMANRAKYAT ,SOPPENG – Kasat Binmas Polres Soppeng Iptu Andri Hermansyah S,Sos M,Si bersama sejumlah anggota secara khusus menyambangi...