Ady juga menanggapi adanya provokasi dari kelompok tak dikenal yang sempat menghembuskan isu “perang terbuka” antarorganisasi kedaerahan.
Menurutnya, ajakan semacam itu tidak relevan lagi di era digital. “Kalau mau perang, sebaiknya perang gagasan, bukan fisik. Masyarakat jangan mudah terprovokasi,” katanya menegaskan.
Arya menambahkan, polisi di Makassar saat ini lebih mengedepankan pendekatan persuasif ketimbang represif. Ia mengimbau agar aksi unjuk rasa tetap mematuhi aturan, termasuk larangan digelar hingga larut malam.
“Kami berharap demonstrasi tetap dalam koridor hukum dan tidak mengganggu ketertiban umum,” ucapnya.
Di penghujung pertemuan, Arya meminta dukungan para pemuda dan jurnalis untuk menjaga stabilitas keamanan kota.
“TNI dan Polri tidak bisa bekerja sendiri. Situasi Makassar harus dijaga bersama agar tetap aman dan kondusif,” katanya.
Pertemuan itu ditutup dengan foto bersama, memperlihatkan polisi, aktivis, dan jurnalis berdiri berdampingan.
Sebuah simbol, kata Arya, keamanan kota bukan hanya urusan aparat, melainkan tanggung jawab bersama. (Nuryadin)