PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Kepala Kepolisian Resor Kota Besar (Kapolrestabes) Makassar, Komisaris Besar Arya Perdana, mengundang sejumlah jurnalis dan aktivis mahasiswa ke ruang kerjanya, Rabu, 27 Agustus 2025.
Pertemuan itu dikemas sebagai ajang silaturahmi sekaligus forum memperkuat komunikasi antara aparat, media, aktivis, dan elemen masyarakat sipil.
Dalam pertemuan yang berlangsung hampir dua jam tersebut, Arya menekankan pentingnya keterbukaan informasi publik.
Menurut dia, media dan aktivis bukan hanya corong informasi, tetapi juga mitra strategis polisi dalam menjaga ketertiban.
“Dengan komunikasi yang baik, kita bisa mencegah kesalahpahaman sekaligus membangun kepercayaan publik,” kata Arya.
Salah satu aktivis yang hadir, mantan Ketua Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu (IPMIL) Raya YPUP, Nuryadin alias Ady, menyebut pertemuan itu sebagai langkah maju dalam membuka ruang dialog.
Ia menyinggung pengalaman demonstrasi mahasiswa beberapa waktu lalu yang berjalan aman meski membawa isu sensitif, seperti kenaikan gaji anggota DPR di tengah tekanan ekonomi rakyat.
“Aksi kemarin itu merupakan bukti, mahasiswa masih bisa menyuarakan kritik secara tertib,” ujarnya.
Ady juga menanggapi adanya provokasi dari kelompok tak dikenal yang sempat menghembuskan isu “perang terbuka” antarorganisasi kedaerahan.
Menurutnya, ajakan semacam itu tidak relevan lagi di era digital. “Kalau mau perang, sebaiknya perang gagasan, bukan fisik. Masyarakat jangan mudah terprovokasi,” katanya menegaskan.
Arya menambahkan, polisi di Makassar saat ini lebih mengedepankan pendekatan persuasif ketimbang represif. Ia mengimbau agar aksi unjuk rasa tetap mematuhi aturan, termasuk larangan digelar hingga larut malam.
“Kami berharap demonstrasi tetap dalam koridor hukum dan tidak mengganggu ketertiban umum,” ucapnya.
Di penghujung pertemuan, Arya meminta dukungan para pemuda dan jurnalis untuk menjaga stabilitas keamanan kota.
“TNI dan Polri tidak bisa bekerja sendiri. Situasi Makassar harus dijaga bersama agar tetap aman dan kondusif,” katanya.
Pertemuan itu ditutup dengan foto bersama, memperlihatkan polisi, aktivis, dan jurnalis berdiri berdampingan.
Sebuah simbol, kata Arya, keamanan kota bukan hanya urusan aparat, melainkan tanggung jawab bersama. (Nuryadin)