“Kemerdekaan bukan hadiah negara,” tegas Aedil. “Ia bukan barang obral untuk kekuasaan. Kemerdekaan sejati adalah perlawanan, penolakan terhadap simbol kosong, pembebasan dari penindasan. Kami menolak tunduk. Kami menolak diam. Kami menolak mengikuti pemerintah yang goblok.”
Dan ketika pesta kemerdekaan berakhir, ketika bunyi-bunyian berhenti, yang tersisa hanyalah suara rakyat: Sadda Maradeka! Bukan janji pemerintah, melainkan nyanyian dari perut bumi desa, alunan gambus yang lahir dari penderitaan, dari keberanian, dari darah dan tekad untuk bebas.
Terima untuk semua yang terlibat dalam Merespon Agustus: Sebab Seni Juga Merdeka. Sampai jumpa di Maradeka selanjutnya.
( Musakkir Basri )