PEDOMANRAKYAT, MALANG – Suara tawa anak-anak terdengar riuh di sebuah sudut RW 07, Desa Jedong, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Di tempat yang sebelumnya hanya berupa lahan kosong, kini berdiri sebuah Taman Literasi sederhana namun penuh makna. Rak-rak buku dari kayu bekas tersusun rapi, meja baca dari ban bekas menambah kesan unik, sementara hiasan plastik warna-warni bergoyang ditiup angin.
Taman literasi ini merupakan buah karya mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama), bersama warga dan Karang Taruna RW 07. Mereka berkolaborasi membangun ruang baca kreatif dari barang-barang yang sering dianggap tak bernilai.
Dari Bahan Bekas Menjadi Ruang Belajar
Rak buku dibuat dari potongan kayu, triplek, dan bambu. Meja baca lahir dari ban-ban bekas yang dicat cerah, sementara botol plastik yang biasanya berakhir di tempat sampah kini menjelma hiasan gantung yang mempercantik suasana. Buku-buku yang mengisi taman literasi sebagian berasal dari swadaya mahasiswa KKN, sumbangan dosen Unikama, hingga warga sekitar.
“Dengan keterbatasan dana, kami justru tertantang untuk berkreasi. Barang bekas yang ada di sekitar ternyata bisa disulap menjadi sarana belajar yang nyaman,” tutur Ahmad Bahauddin Najib yang akrab disapa Baha, penanggung jawab program taman literasi dari mahasiswa KKN.
Baha menambahkan, taman literasi ini lebih dari sekadar ruang baca. “Taman literasi adalah ruang publik yang memberi kesempatan masyarakat, terutama anak-anak, untuk mengenal dunia lewat buku. Literasi bukan hanya soal membaca, tetapi juga membangun kesadaran kritis, memperluas imajinasi, dan menumbuhkan kebiasaan belajar sepanjang hayat,” jelasnya.
Warga Antusias, Gotong Royong Jadi Kekuatan
Sejak awal pembangunan, antusiasme warga terlihat jelas. Karang Taruna RW 07 bersama mahasiswa KKN bahu-membahu mendirikan rak, mengecat ban, hingga menghias taman. Semua peralatan yang digunakan disediakan oleh Jauri atau yang akrab disapa Pak Ndut, selaku pembina Karang Taruna.
“Saya melihat semangat anak-anak muda ini luar biasa. Dari awal sampai akhir, kami ikut membantu karena yakin taman ini akan jadi tempat penting bagi warga. Semua alat yang kami punya, kami pinjamkan. Harapannya, taman literasi ini bisa menjadi ruang inspirasi,” ungkap Pak Jauri.
Keterlibatan warga menjadi bukti kuatnya budaya gotong royong. Kolaborasi antara mahasiswa, karang taruna, dan masyarakat sekitar menjadikan taman literasi bukan hanya proyek KKN, melainkan hasil kerja bersama yang bernilai sosial tinggi.