Sementara itu, pihak investor Jepang, melalui perwakilannya Michino, memaparkan secara detail rencana teknis pembangunan pabrik es. Ia menjelaskan bahwa pabrik ini akan memanfaatkan air sumur yang ditampung melalui sistem pompa, kemudian diolah dengan mesin modern berkapasitas besar.
“Mesin ini mampu memproduksi hingga 100 ton dalam sehari, atau 200 ton dalam dua hari dengan waktu proses sekitar 7–8 jam. Hasilnya es berwarna putih susu dengan tingkat kekerasan tinggi, yang bisa bertahan lebih dari dua hari dalam box penyimpanan. Kami sudah melakukan uji coba bersama nelayan dan warga, dan hasilnya cukup memuaskan,” ungkap Michino.
Es yang diproduksi memiliki ukuran 25 kilogram per balok. Untuk tahap awal, distribusi masih dalam tahap pembahasan dengan berbagai pihak, termasuk kemungkinan menggandeng mitra lokal sebagai penyalur. Menariknya, pada fase percontohan ini, produksi es akan dibagikan secara gratis untuk nelayan dan masyarakat.
“Bagi kami, ini kesempatan untuk belajar sekaligus menguji instalasi, pembangunan, hingga penyusunan skema bisnis yang berkelanjutan. Jika berhasil, model bisnis ini bisa direplikasi di pulau-pulau lain di Indonesia,” tambah Michino.
Sebagai tindak lanjut, Smart Island Pilot Project akan resmi diluncurkan di Kampus Universitas Hasanuddin (Unhas), Sabtu (13/9/2025). Kegiatan ini diharapkan menjadi tonggak awal transformasi pulau-pulau di sekitar Makassar menuju era baru yang lebih modern, berdaya saing, dan ramah lingkungan.
Kolaborasi Makassar–Jepang ini bukan hanya menghadirkan solusi praktis atas kebutuhan nelayan, tetapi juga membuka peluang lahirnya model pembangunan kepulauan yang lebih cerdas, berkelanjutan, dan menyejahterakan masyarakat. (*/And)

