PEDOMANRAKYAT, BULUKUMBA – Sudut Baca bukanlah sekadar ruang buku yang ditata rapi seperti di perpustakaan resmi negara, yang penuh aturan, sepi, dan steril. Ia adalah ruang liar, ruang tandingan, tempat kata-kata meledak melawan kebisuan. Buku-buku digantung tidak untuk menghias rak, melainkan untuk mengacaukan pikiran yang sudah terlalu lama dijinakkan oleh sekolah, birokrasi, dan agama yang dijadikan alat kekuasaan.
Sudut Baca adalah medan perang. Setiap halaman yang dibuka adalah peluru. Setiap kata adalah api. Dan setiap pembacaan adalah upaya untuk meruntuhkan rantai otoritas yang mengekang dan mengotori kritik dengan tekanan. Sudut Baca lahir bukan dari tangan penguasa, melainkan dari keresahan anak desa yang muak dengan janji kosong.
Di Sudut Baca, “orang belajar bukan untuk tunduk, melainkan untuk membangkang,” ujar Sakkir.
Membaca bukan untuk mengejar ijazah, melainkan untuk menyalakan akal sehat yang dibiarkan mati oleh sistem. Buku-buku di sana bukanlah kitab suci yang harus disembah, melainkan senjata yang bebas diperdebatkan, dibantah, atau dihancurkan jika perlu.