Di sudut lain, H Dass, salah satu anggota 183 Community, tak pernah absen menyapa pagi dengan kopi hitam favoritnya.
“Kopi hitam campur gula merah Bone lebih asyik,” ujarnya sambil tersenyum.
Obrolan di meja kerap melebar, dari kisah ringan soal pasar, hingga keluhan tentang kondisi ekonomi yang kian menghimpit pelaku UMKM.
“Bagi kami penjual ayam potong di pasar, pasokan dengan harga terjangkau itu yang paling dibutuhkan,” tutur H Dass.
Warkop 183 perlahan menjelma ruang kecil yang merawat kebersamaan di tengah kesederhanaan.
Dari cangkir-cangkir kopi itu, lahir semangat yang menyatukan banyak wajah dan profesi, sekaligus mengingatkan, pagi bukan hanya soal bekerja, tapi juga menjaga silaturahmi. (Hdr)