Kondisi ini menunjukkan betapa pemerintah daerah lebih sibuk menjual citra ketimbang membenahi persoalan nyata di lapangan. Promosi wisata digembar-gemborkan, tapi masalah dasar yang menghambat kenyamanan wisatawan seolah dianggap sepele.
Padahal, potensi ekonomi dari Rammang-Rammang sangat besar. Wisatawan lokal dan mancanegara terus berdatangan. Namun jika dibiarkan seperti ini, lambat laun mereka akan kapok. Kekecewaan akan lebih dulu mereka bawa pulang, bukan cerita indah tentang alam Maros.
Masyarakat setempat mendesak pemerintah segera turun tangan. Tanpa langkah konkret, Rammang-Rammang hanya akan menjadi “surga yang tertunda”: indah dalam brosur, tapi mengecewakan saat nyata dikunjungi. ( Ardhy M. Basir )