Ia bersama dua dosen lain, yaitu, Nurhidayanti dan Muhammad Jayadi, serta dua mahasiswa, Febriansyah dan Irfan Sabar, turun langsung mendampingi para pekerja.
“Mereka tak sekadar menyerahkan mesin, tapi juga melatih cara mengoperasikan dan merawatnya,” jelas Abdul Salam.
PNUP berharap, beber Abdul Salam, keberadaan mesin ini dapat meningkatkan efisiensi produksi sekaligus membuka peluang pasar yang lebih luas.
“Dengan tambahan branding dan penjualan digital, pendapatan UMKM binaan diharapkan bisa meningkat signifikan,” tuturnya.
Rosi pun optimistis. “Kalau bisa lebih cepat produksi, kami bisa pasok lebih banyak ke toko-toko dan memperluas pasar online,” ujarnya.
Abdul Salam menyebut, program pengabdian masyarakat PNUP yang semacam ini akan terus digencarkan.
“Kami ingin teknologi tepat guna benar-benar memberi dampak langsung,” pungkasnya.
Bagi “Cahaya Nur”, mesin pengupas bawang itu bukan sekadar alat produksi. Ia menjadi harapan baru untuk keluar dari stagnasi dan bersaing di pasar bawang goreng yang kian ramai, Rosi, ketua UMKM “Cahaya Nur”, menandaskan. (Hdr)