“Biaya konsumsi rokok, kopi, dan pengeluaran lain terkait gaya hidup tetap cukup tinggi, Rp 11.022.000, dengan rincian dari Kodingareng (Rp 5.905.000), Barrang Caddi (Rp 2.750.000), dan Barrang Lompo (Rp 2.366.000),” ujar anak kedua dari empat bersaudara pasangan Prof. Dr. H. Wahyuddin Naro, M.Hum (alm.)-Dr. Hj Yuspiani, M.Pd.) pada ujian promosi yang juga dihadiri pasangan Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.,- Prof. Dr. Musdah Mulia, MA., Dekan dan Wakil Dekan FKM UIN Alauddin dan Kemenag Sulawesi Selatan/MAN Makassar beserta rombongannya. Kondisi konsumsi dalam kaitannya dengan gaya hidup itu, ujar lulusan Magister Kesehatan Unhas (2020) tersebut, mengindikasikan adanya pola konsumsi yang berpotensi memperburuk beban ekonomi keluarga.
Secara keseluruhan, proporsi pengeluaran kesehatan akibat hipertensi rata-rata mencapai 15% dari pendapatan rumah tangga dengan variasi 11,02% di Barrang Lompo, 13,65% (di Kodingareng), dan hingga 22,49% di Barrang Caddi.
“Angka ini jauh melampaui ambang batas ‘catastrophic health expenditure’ — biaya kesehatan yang dikeluarkan individu atau keluarga — (>10%) yang menegaskan bahwa hipertensi menjadi beban ekonomi serius, terutama di pulau-pulau dengan akses layanan kesehatan terbatas seperti Barrang Caddi yang bahkan tidak memiliki puskesmas,” ujar Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar itu.
Dr. Nur Rahmah merekomendasikan, perlunya perluasan pembiayaan kesehatan, bukan hanya untuk biaya medis langsung, melainkan juga untuk menutup biaya “out of pocket” (OOP) — biaya kesehatan yang dibayar langsung oleh individu atau keluarga. Penguatan regulasi mengenai akses obat dan layanan kesehatan di daerah terpencil agar masyarakat kepulauan tidak mengalami keterlambatan memperoleh pengobatan. Kerja sama lintas sektoral dan pemberdayaan kader masyarakat dengan model integrasi layanan primer (ILP) untuk bersama-sama melakukan monitoring evaluasi (monev) dalam memantau kedisiplinan minum obat penderita hipertensi dan membantu melakukan skrining, edukasi, dan pendistribusian obat-obatan kepada seluruh penderita hipertensi di wilayah kepulauan.
Rekomendasi serupa disampaikan Dr. Nur Rahman pada aspek ekonomi dan sosial dan penggunaan teknologi dalam kesehatan. (mda).