Harris menambahkan, insiden mikrofon yang sempat mati karena aturan teknis waktu lima menit tidak menghalangi pesan Prabowo. “Peristiwa ini bisa dibaca sebagai simbol, meskipun ada batasan, pesan kebenaran selalu menemukan jalannya,” kata Harris.
Sorotan media internasional pun ikut memperkuat resonansi pidato tersebut. Media Israel menyoroti penggunaan salam “Shalom”, sementara publik global menilai keberanian Prabowo menyuarakan isu Palestina sebagai langkah konstruktif.
“Bahkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara terbuka memberikan komentar positif. Ia menilai gaya penyampaian Prabowo tegas, lugas, dan mampu merepresentasikan suara bangsa besar di hadapan dunia,” ungkap Harris yang juga Wakil Ketua Umum DPN PERADI.
Momentum Baru Diplomasi Indonesia
Menurut Harris, momentum ini memperkuat posisi Indonesia sebagai negara dengan suara moral yang independen di tengah rivalitas geopolitik. Pidato Prabowo di PBB bukan sekadar seremoni, melainkan pernyataan sikap politik luar negeri Indonesia.
“Dunia melihat Indonesia, melalui Prabowo, berani tampil percaya diri, menggabungkan moralitas universal, kepentingan nasional, dan strategi diplomatik yang seimbang. Inilah diplomasi kebenaran,” pungkasnya. ( ab )