“Hidup ini sementara, tidak ada yang kekal. Nabi Muhammad SAW memberi gambaran umur umatku 60 sampai 70 tahun. Maka, perbaikilah amal ibadah. Jangan tinggalkan sholat. Kematian adalah pengingat bagi kita semua,” tuturnya dengan suara bergetar.
Pembina Yayasan YAPTI, Drs. H. Anwar Rivai, menambahkan bahwa almarhum selalu berpikir kemajuan pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia di INTI. Kreativitas dan komitmennya meninggalkan jejak yang akan terus diingat oleh seluruh civitas akademika.
Kehadiran Tokoh Pendidikan
Prosesi pemakaman juga dihadiri oleh sejumlah tokoh pendidikan dari Makassar dan sekitarnya, termasuk: Prof. Muliadi Hamid dari Unifa, DR. Ridwan Arif Ketua Yayasan Fajar
Kafrawi Yunus Direktur Keuangan & SDM Unibos dan DR. Ir. Badaruddin Rektor Institut Sains Nobel.
Kehadiran mereka menunjukkan penghormatan dan apresiasi terhadap jasa almarhum dalam memajukan pendidikan, membangun jejaring kolaborasi antar-institusi, dan menginspirasi generasi muda untuk terus belajar dan berinovasi.
Warisan yang Ditinggalkan
DR. Ady Sumady Anwar meninggalkan warisan berupa kreativitas, dedikasi, dan semangat pantang menyerah. Civitas akademika INTI Jeneponto menilai kepergiannya bukan hanya kehilangan figur administratif, tetapi juga seorang inspirator, motivator, dan teman yang selalu hadir dengan ide-ide segar. Sosoknya selalu diingat sebagai pribadi yang hangat dan penuh semangat.
“Kepergian beliau adalah kehilangan yang tak tergantikan, namun inspirasi dan nilai-nilai yang ditinggalkannya akan terus hidup dalam setiap langkah kami,” tutup Prof. Maksud Hakim menutup prosesi pemakaman yang penuh duka namun sarat makna.
DR. Ady Sumady Anwar telah meninggalkan dunia ini, namun jejak dan inspirasinya akan terus hidup dalam setiap langkah civitas akademika INTI Jeneponto dan masyarakat Jeneponto secara luas. Kehadirannya akan selalu dirindukan, namun kisah hidupnya akan menjadi motivasi abadi bagi generasi mendatang. ( ab )