PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Tujuh belas tahun jelang Indonesia memasuki era Indonesia Emas 2045, Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) menandai usia ke-27 dengan tekad yang kian matang. Bukan sekadar angka peringatan, melainkan perjalanan penuh makna tentang persaudaraan, pengabdian, dan peran menjaga warisan bangsa.
Didirikan pada 28 September 1998, PSMTI hadir sebagai rumah besar bagi marga dan warga Tionghoa di Indonesia. Dari awal berdiri hingga kini, organisasi ini memegang teguh tiga nilai utama: kebangsaan, toleransi, dan kemanusiaan. Nilai-nilai inilah yang meneguhkan PSMTI sebagai jembatan harmoni di tengah keberagaman bangsa.
Selama hampir tiga dekade, kiprah PSMTI tak hanya tercatat dalam ruang budaya, tetapi juga nyata dalam kerja sosial. Program bakti sosial, beasiswa pendidikan, donor darah, hingga gerakan cepat tanggap bencana, menjadi bukti bahwa kehadiran PSMTI senantiasa memberi arti bagi masyarakat luas.
Di sisi lain, pelestarian budaya Tionghoa terus digalakkan tanpa meninggalkan semangat kebangsaan. Filosofi “Merah Putih di dada, Bhinneka Tunggal Ika di jiwa” menjadi napas perjuangan yang mengakar di tubuh organisasi ini.
Kini, di usia ke-27, PSMTI mengusung tema “Semangat PSMTI, Jiwa Merah Putih Menuju Indonesia Emas 2045.” Tema ini bukan sekadar slogan, melainkan cerminan komitmen untuk tetap berkontribusi dalam membangun Indonesia yang inklusif, berkeadilan, serta berkepribadian dalam kebudayaan.
Ulang tahun ke-27 adalah momentum refleksi sekaligus optimisme. Refleksi atas perjalanan yang telah ditempuh, dan optimisme menatap peran lebih besar di masa depan. Dalam kebersamaan, PSMTI membuktikan bahwa keberagaman adalah kekuatan, dan pengabdian adalah warisan yang abadi. Demikian Ketua Pusat PSMTI Willianto Tanta kepada PR.co.id di Makassar.
Dirgahayu PSMTI ke-27.
Bersama Kita Kuat. Bersatu Kita Peduli. (ab)