Tujuh Tahun Gempa, Tsunami & Likuefaksi Palu:(3) “Mengendarai” Pohon Kelapa di Jono Oge

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Masjid Terapung Palu. (Foto:MDA)

Oleh M.Dahlan Abubakar

Hari kian sore, Kamis (22/11/2018) ketika rombongan kecil kami yang dipimpin Prof. dr. Andi Husni Tanra, Ph.D. Sp.An, tiba di Jono Oge, satu lokasi yang juga paling parah dihantam gempa dan likuefaksi di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Kami tiba di sini, setelah menyerahkan bantuan di lokasi pengungsian, di bagian utara Kota Palu yang agak tinggi, tak jauh dari Petobo yang tanahnya bergeser tidak teratur hingga “menanam” puluhan mobil dan rumah.
Jalan berdebu ke Jono Oge. Di sisi kiri kanan rumah, pemandangan yang ada hanyalah bangunan yang rusak dan miring. Sore itu suasana arus lalu lintas sangat padat. Terutama kendaraan jenis sepeda motor. Ternyata mereka itu, kebanyakan ke dan dari ujung jalan di Jono Oge. Mereka bagaikan wisatawan domestik yang pergi menyaksikan tanah lapang yang terhampar luas, sisa-sisa keganasan gempa dan likuefaksi. Hanya ada beberapa pohon kelapa yang “bandel” tegak di sana yang rupanya terhenti “perjalanan”-nya setelah dihanyutkan tanah yang bergerak. Di sela-sela pohon kelapa dan reruntuhan itulah warga melintas menggunakan sepeda motor menuju bagian lain Jono Oge yang berantakan.

Sebelum memasuki jalan aspal yang retak-retak, sebuah jalan sempit, karena orang-orang di sekitar itu memasangi penghalang. Di tengah tempat orang lewat ada kotak amal. Infak pembangunan masjid. Seorang pria baya duduk menyaksikan orang lalu lalang. Tidak ada juga suaranya berharap orang yang melintas mau menyumbang.
Se-ikhlasnya saja.
Di ujung sana, aspal putus, tepat di sebelah saluran irigasi besar. Sejauh mata memandang, hanya tanah kosong belaka yang tampak. Di tengah, ada empat atau lima pohon kelapa yang juga pindahan dari tempat lain, masih tegak gagah. Di sebelah sana, tampak samar-samar sebuah rumah berwarna biru. Rumah itu pun “pendatang misterius”. Bukan penghuni tanah itu di tempatnya sekarang. Ya, sama dengan pohoh kelapa. Yang kami pandang dari ujung jalan aspal yang putus itu, barulah separuh dari keseluruhan lahan yang bergerak. Meninggalkan pemandangan tanah kosong tanpa “penghuni”, baik rumah maupun pohon-pohon. Kecuali sebuah rumah cat biru dan empat pohon kelapa itu.
“Tanah bergelombang. Ke lokasi ini jalan yang sudah putus. Jalan raya yang hilang. Di depan sana, jalan sudah habis. Di seberang ada rumah sakit,” kata dr.Faridnam, Sp.An, alumni Fakultas Kedokteran Unhas 1994 yang bersama rombongan kami bertandang ke bagian wilayah Sulawesi Tengah yang diterjang musibah ini.

Baca juga :  Bupati Irwan Minta Harmonisasi Pemdes dan BPD Terus Dijaga dan Ditingkatkan

Kelapa yang pindah dan masih tegak, dari atas, entah siapa yang punya. Yang lucu, ada yang panen di sana, kemudian datang likuefaksi, giliran yang lain yang panen ini pindah dengan tanahnya. Di dekat ujung jalan yang putus ada tertulis “Dilarang ambil gambar”. Entah siapa dan apa maksudnya papan bicara itu.

Ada rumah yang masih sangsi ditempati, meski kondisinya masih layak huni. Melewati pompa bensin yang terbelah dan orang menimba bensin ketika musibah terjadi. Untung tidak ada yang merokok. Bangunan SPBU itu miring tidak beraturan. Ada juga dua bangunan ATM ‘kompak” dalam kondisi miring. Konon, saat gempa, uang yang ada di perut brankas ATM, terbongkar. Orang yang tidak kuat imannya meskipun dalam keadaan darurat langsung saja memungutnya.

Ini bisa dijadikan sebagai objek wisata likuefaksi. Jarang-jarang terjadi likuefaksi. Lebih baik dibiarkan begitu saja. Nanti ada lagi pejuang hak asasi manusia (HAM) yang menganggap menjual lokasi itu sebagai tindakan yang tidak manusiawi. Gambaran penderitaan orang dijual. Ini kejadian alam.
Sensasi gempa kali ini luar biasa. Sudah mau mati saja rasanya. Betullah sudah mau mati ini. Sebab, gempa itu diawali dengan bunyi gemuruh baru sampai getaran. Lebih dulu bunyi baru getaran. Bunyi kedengarannya bersumber dari tanah. Gemuruh tanah di bawah.

“Naik” Pohon Kelapa

Faridnam bercerita, di daerah Jono Oge, ada perawatnya berkebun jagung. Sudah mau panen. Sore-sore dia mengatakan akan pergi ambil jagung. Mau dibuat apa saja di rumah. Dia pun pergi ke kebunnya. Tepat gempa datang yang kemudian diikuti oleh likuefaksi, dia memeluk pohon kelapa sampai pagi. Setelah melihat suasana terang, dia bingung. Tidak tahu lokasinya sudah di mana.

Baca juga :  Ketua IPMIL Raya UNM Desak Kapolri dan Komisi III DPR-RI Copot Kapolda Sulsel dan Kapolrestabes Makassar

Dia pun berjalan mencari jalan keluar bersama istrinya. Suami istri “naik” pohon kelapa. Suaminya “terikat” oleh bumi, istrinya disuruh lari. Tetapi dia tetap bertahan dan ngotot bersama suaminya,
“Kalau memang berpikir akan mati, kita mati sama-sama,” ujar istrinya.
Ehh.goyang lagi. Tanah pun terbuka lagi. Kakinya tertarik. Akhirnya selamat dua-duanya. Menumpang pohon kelapa saja.

Likuefaksi itu stop di sana. Rumah Sakit Ibu dan Anak Nasanapura. Artinya, perasaan yang senang. Perasaan nyaman. Ini termasuk rumah sakit paling murah di Palu. Sementara orang (rumah sakit) lain mahal, di sini murah. Ada juga Rumah Sakit Anutapura. “Pura” jika tidak salah bermakna “kita”. Kalau “Tinatapura” berarti Ibu (kita) Tina. Rumah sakit ini berada di ujung aliran tanah Petobo yang terkena likuefaksi parah itu. Saya menjelang magrib menyaksikan dari lantai tiga rumah sakit, betapa sejumlah rumah dan mobil “ditelan” tanah dan sudah sangat susah “dicabut”. Luas areal yang rata atau sudah tidak teratur dan hampa bangunan (kecuali mobil dan rumah yang digiring likuefaksi) seluas 5 atau 6 lapangan bola. Betapa dahsyatnya musibah ini. (Bersambung)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Erau 2025 Jadi Panggung Silaturahmi, Putra Mahkota Gowa Hadir Bersama Sultan Kutai

PEDOMANRAKYAT, TENGGARONG - Putra Mahkota Kerajaan Gowa, Andi Muhammad Imam Daeng Situju Andi Kumala Idjo Daeng Sila Karaenta...

Enam Calon Aparat Desa Pattengko Jalani Tes Wawancara Oleh Forkopimcam

PEDOMANRAKYAT, LUTIM - Sebanyak enam calon perangkat Desa Pattengko, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur, mengikuti tes wawancara...

Terbang Perdana dengan Fly Jaya ke Selayar, Kapolres Ajak PJU dan Anggota Gunakan Penerbangan

PEDOMANRAKYAT, SELAYAR - Kapolres Kepulauan Selayar, AKBP Didid Imawan, SIK, SH, M.Tr.Mil turut serta dalam penerbangan perdana maskapai...

Bawa Badik Hadang Pengendara di Jalan, Seorang Warga Ditangkap Resmob Polres Selayar

PEDOMANRAKYAT, SELAYAR - Tim Resmob Sat Reskrim Polres Kepulauan Selayar berhasil mengamankan seorang warga yang dilaporkan melakukan penghadangan...