PEDOMANRAKYAT, JENEPONTO – Bertepatan dengan peringatan rentetan peristiwa kelam pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang sering diistilahkan "September Hitam," Koordinator Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Institut Turatea Indonesia (INTI) melancarkan aksi simbolis bertajuk "Panggung Bebas."
Digelar tepat pukul 19.00 WITA di depan Kepolisian Resor (Polres) Jeneponto, aksi ini dihadiri langsung oleh sekretaris umum dan kabid hikmah pimpinan cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kabupaten Jeneponto dan para anggota komisariat IMM Fakultas Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Komisariat IMM Pendidikan Guru Sekola Dasar, komisariat IMM IAI alamanah.
Diselenggarakan saat malam hening, aksi damai ini secara khusus didedikasikan sebagai refleksi dan seruan atas ketidakadilan bagi para korban berbagai tragedi HAM di masa lalu, sekaligus menyoroti isu-isu keadilan dan penegakan hukum yang masih menjadi pekerjaan rumah di tingkat lokal maupun nasional.
Aksi Panggung Bebas ini mendapatkan apresiasi langsung dari struktural Pimpinan Cabang IMM Jeneponto. Mardianto Salam, selaku Sekretaris PC IMM Jeneponto, menyatakan kebanggaannya terhadap inisiatif yang diambil oleh Koordinator Komisariat dan seluruh Pimpinan Komisariat (Pikom) IMM se-INTI.
"Saya memberikan apresiasi tinggi kepada Korkom IMM INTI dan seluruh Pikom IMM se-INTI atas inisiatif dan keberanian mereka. Kegiatan ini adalah wujud kepedulian nyata mahasiswa terhadap rentetan kejadian yang menimpa bangsa Indonesia di beberapa bulan terakhir," ujar Mardianto Salam.
Mardianto menambahkan bahwa komitmen IMM terhadap isu kemanusiaan dan kebangsaan harus terus dipertahankan. "Ini bukan sekadar aksi seremonial. Ini adalah cara IMM menegaskan kembali perannya sebagai kekuatan moral dan pengontrol sosial yang tidak pernah diam melihat ketidakadilan," tutupnya.
Sahrul selaku Koordinator Komisariat IMM INTI, menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah bentuk penolakan terhadap lupa dan impunitas.
"Setiap tanggal 30 September adalah momentum untuk mengenang tragedi dan memastikan bahwa sejarah kelam tidak terulang. Kami memilih Panggung Bebas sebagai simbol ruang yang bebas dari rasa takut, tempat di mana suara-suara rakyat, terutama tentang keadilan dan reformasi hukum, dapat disampaikan tanpa intimidasi," tegas Sahrul di sela-sela orasi.
Aksi ini diisi dengan berbagai penampilan simbolis, mulai dari puisi-puisi perlawanan, orasi kritis, bakar lilin, tabur bunga, dan doa bersama. Pemilihan lokasi di depan Polres Jeneponto merupakan penegasan bahwa tuntutan akan keadilan harus menjadi prioritas utama lembaga penegak hukum.
IMM INTI berharap aksi ini dapat membangun kesadaran kolektif, baik di kalangan mahasiswa, masyarakat, maupun aparat negara, tentang pentingnya penghormatan terhadap HAM dan penuntasan kasus-kasus masa lalu demi masa depan Indonesia yang berkeadilan.
Aksi Panggung Bebas ini berlangsung tertib dan damai dengan pengawalan dari pihak kepolisian setempat. Acara ditutup dengan prosesi doa bersama untuk mendoakan para pahlawan dan aktivis yang telah gugur dalam memperjuangkan Indonesia yang lebih baik dan berkeadilan.
Selain itu, momen ini juga digunakan oleh seluruh keluarga besar IMM INTI untuk mengenang dan mendoakan almarhum Bapak Dr. H. Ady Sumardi Anwar, SE., MM., Sekretaris Yayasan Pendidikan Turatea (YAPTI), yang dikenal sebagai sosok motivator inspiratif bagi mahasiswa Institut Turatea Indonesia.
Secara keseluruhan, aksi ini meninggalkan pesan kuat tentang pentingnya mengambil keputusan yang bijak dalam setiap kebijakan, serta menuntut adanya jaminan kebebasan berekspresi dan penegakan hukum yang berpihak pada kebenaran di Jeneponto.[]