Senin (26/11/2018) pagi sebelum kembali ke Makassar, Kak Heru tampil mendongeng lagi di SDN Inpres 6 Lolu Palu di Jl. Kartini. Ratusan anak memadati sebuah tenda lengkung putih yang dijadikan sebagai tempat belajar. Guru SD Inpres itu Hj. Rusnah, S.Pd, mengajak sejumlah teman guru lainnya bergabung dengan para muridnya.
“Nenek Pakande”, raksasa jahat dan menakutkan, judul dongeng yang dibawakan Kak Heru yang membuat anak-anak tampak ketakutan pada akhir cerita. Namun mereka segera terpingkel-pingkel lagi, bahkan sampai menggulung-gulung badannya di tanah beralas plastik, karena tidak mampu menahan tertawanya, ketika si Momo muncul dan melihat “kelakuannya”.
Di SDN Donggala Kodi, 300 m dari Balaroa, pusat cesar Palu Koro, Kak Heru berdongeng tentang “Pasukan Gajah”, terilhami dari Surah Al Fiil. Seperti biasa, anak-anak kembali terbahak-bahak ketika melihat kemunculan si Momo. Bukan hanya anak-anak dan gurunya yang terkocok perutnya, Prof. Husni Tanra dan dr. Faridnan Sp.An yang telah menjadi tuan rumah dan pemandu yang baik selama tim di Palu, pun ikut terbahak-bahak.
Sebelumnya, tiga subuh tim juga mengunjungi tiga masjid yang berbeda di Kota Palu. Tim menyampaikan tausiah serta memberikan cenderamata kepada jamaah yang hadir. Ketua jamaah masjid gembira dan menyampaikan terima kasih atas kehadiran tim ini.
“Ya, anak-anak sempat bergembira sedikit melupakan trauma psikologis akibat gempa yang menimpa mereka,” gumam saya ketika Batik Air nomor penerbangan 6231 pukul 17.55, sama dengan flight terakhir dipandu almarhum Antonius Gunawan Agung, petugas Air Traffic Controller (ATC) Palu, yang tewas akibat tertimpa gedung tower. Pesawat sore itu terus mengangkasa akan “memeluk” Makassar, menjauhi Bumi Tadulako yang masih terluka. (*)