PEDOMANRAKYAT, SELAYAR – Menu yang diterapkan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bontoharu yang dikelola Yayasan Assoong Kabajikang Silajara (YAKS) menunjukkan bagaimana program Makan Bergizi Gratis (MBG) dapat berjalan dengan memaksimalkan bahan baku lokal, khususnya dari sektor perikanan.
Ketua YAKS, Zubair Nasir, menyebut udang vaname sebagai salah satu komoditas lokal yang potensial untuk dikembangkan dalam mendukung kebutuhan gizi siswa.
“Menu SPPG Bontoharu YAKS bisa ditiru untuk serapan bahan baku lokal hasil perikanan. Udang vaname salah satu komoditi lokal yang bisa dikembangkan untuk melayani kebutuhan MBG yang kaya nutrisi,“ kata Zubair, Kamis (02/10/2025).
Udang Vaname Kaya Protein per 100 terdapat 18 gram protein untuk membangun dan memperbaiki jaringan, produksi enzim, hormon, dan molekul lain dalam tubuh.
Udang vaname juga memiliki tingkat kalori dan lemak yang rendah jika dibandingkan dengan makanan laut lainnya. Dalam 100 gram, didapatkan sekitar 84 kalori dan kurang dari 1 gram lemak. Kandungan asam lemak omega-3 yang baik, Kaya Nutrisi termasuk vitamin B12, selenium, dan fosfor.
Pemanfaatan bahan baku lokal menurutnya tidak hanya memastikan ketersediaan pangan yang lebih segar dan bergizi, tetapi juga mengurangi risiko kontaminasi selama distribusi.
“Sorotan atas sejumlah kasus keracunan makanan yang terjadi di daerah lain menjadi pelajaran penting bahwa rantai pasok pendek dengan bahan segar lebih aman dan lebih mudah diawasi kualitasnya,” jelasnya.
Selain aspek keamanan pangan, penerapan udang vaname dalam menu MBG juga memberi dampak ekonomi. Nelayan maupun pembudi daya lokal bisa mendapatkan pasar yang jelas dan berkelanjutan, sementara siswa memperoleh asupan protein berkualitas tinggi yang menunjang tumbuh kembang.
Zubair menegaskan bahwa Selayar memiliki potensi pangan lokal lain yang dapat menopang keberlanjutan program ini. Selain udang vaname, beberapa produk lokal di Kabupaten Kepulauan Selayar dapat menjadi pilihan, antara lain ikan segar, cumi, ikan kering, ayam potong, hingga sayuran yang dibudidayakan masyarakat.
“Banyak pilihan tapi tantangannya adalah pasokan stok yang berkelanjutan, artinya ada dan tersedia secara berkelanjutan,“ tuturnya.
Menurut Zubair, jika ini dimaksimalkan MBG bukan hanya menjadi program gizi nasional, tetapi juga membawa manfaat langsung bagi petani dan nelayan lokal. (sabir)