Dalam presentasinya, Dr. Sri Gusty menampilkan foto “gunung sampah” di TPAS Antang.
“Apakah kita bangga punya gunung sampah?” tanyanya pada peserta.
Serentak anak-anak menjawab, “Tidak!”
Ia lalu menjelaskan, tumpukan sampah itu muncul karena kita belum konsisten menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) — prinsip dasar pengelolaan sampah yang bertujuan meminimalkan limbah dan menghemat sumber daya alam.
Suasana kegiatan makin seru saat Dr. Sri Gusty mengajak anak-anak bermain games berhadiah cokelat. Mereka antusias bertanya dan menjawab karena hadiahnya menarik.
Turut hadir dalam kegiatan itu para guru, orangtua, serta Komunitas Male’bi (Majukan Literasi Budaya dan Lingkungan) yang diketuai Eka Sari, S.Kom, sekaligus Sekretaris Komite Sekolah.
Komunitas ini aktif mendampingi pengembangan karakter anak berbasis budaya dan lingkungan hidup.
Hadir pula Risdin Tompo, pegiat Sekolah Ramah Anak, yang selama ini menjadi mitra sekolah dalam penguatan program pendidikan karakter.
Kepala UPT SPF SD Inpres Kelapa Tiga 1, Hj. Nahidha Mallapiang, S.Pd, M.Pd, mengaku optimis sekolahnya dapat meraih predikat Adiwiyata Nasional.
“Sinergi antara sekolah, perguruan tinggi, aktivis literasi, dan Komunitas Male’bi sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang bersih, nyaman, dan menyenangkan,” ujarnya.
Menurut Nahidha, pembiasaan sederhana seperti memilah dan mengelola sampah harus dimulai dari rumah dan sekolah.
“Dari pembiasaan itulah diharapkan tumbuh perubahan perilaku anak dalam jangka panjang,” pungkasnya. ( ab )