Buku setebal 197 halaman yang dicetak di atas kertas “Houtvrij Schrijfpapier” (HVS) — bahasa Belanda– berarti ‘kertas bebas serat kayu” (terbuat dari pulp kimia tanpa menggunakan serat kayu), terdiri atas 10 bab plus satu bagian “Kata Mereka tentang Heny Suhaeny”.
Bab I dengan judul “Bangkit itu” berisi pengalaman hidup penulis yang sangat sarat derita dan luka. Setidaknya terdapat enam kali kata /luka/ tertuang di dalam buku ini.
Dua puluh judul menghiasi bab ini. Pada bab ini, terdapat 7 kata “mimpi” plus 1 kata “impian” yang mendukung judul buku. Mimpi yang publik pahami sebagai ‘bunga-bunga tidur’, ternyata mampu berwujud realitas bagi seorang Heny Suhaeny. Pada bab ini merupakan gambaran derita penulis. Penderitaan itu direpresentasikan oleh diksi :jatuh, luka, airmata, diuji. Namun dia mampu bangkit di tengah ujian dan doa, menemukan cahaya.
Gambaran perjuangan Heny Suhaeny terakumulasi secara dominan dan signifikan pada bab awal ini. Oleh sebab itu, perjalanan kisah hidupnya tersebar pada 20 judul tulisan yang layak disimak.
“Mimpi yang Tidak Dianggap”, ini sebenarnya dijawab oleh apa yang dikemukakan Robert K. Green Leaf, seorang eksekutif bisnis dan konsultan kepemimpinan Amerika, pendiri gerakan kepemimpinan pelayan.
Dalam bukunya yang terkenal “Servant Leadeship” konsultan kelahiran 1904 dan meninggal 1990 mengatakan, tidak ada hasil besar tanpa mimpi besar. Kita tidak saja dituntut memiliki mimpi-mimpi, tetapi juga bagaimana mewujudkan mimpi-mimpi tersebut. Agaknya, Heny Suhaeny telah mewujudkan kata-kata Green Leaf tersebut.
Bertindak sebagai pemberi komentar buku karya ibu satu anak ini, masing-masing Prof.Dr. H. Muh. Asdar, SE, M.Si. CWM (Presiden Profas Institute yang juga Ketua Senat FEB Unhas), Asrul Sani Abu, SE, MM., (Author & Eentrepreneur –PT Tjorauleng Maega Berkah dan Ketua Bidang Hubungan Internasional Apindo Sulsel), dan Rahman Rumaday, S.IP, (Founder K-apel dan Kampus Lorong K-apel) dipandu Dr. Dirk Sandarupa, M.Hum, MCE (Rektor Kampus Lorong K-apel/Dosen Pariwisata Pariwisata Unhas). Acara yang dipandu ‘Master of Ceremony” (MC) Risnawary Anwas, SKM, M.Kes. ini dihadiri Kepala Dinas Perpustakaan Kota Makassar Dr. Aryati Puspasari Abady, S.Pi.,M.Si, Ketua Apindo Sulsel, Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) Sulsel Mahmud Lambang, Ketua Ikatan Penulis Muslim Indonesia (IPMI) Sulsel M. Amir Jaya, dan sejumlah peserta lintas profesi.
Dari diskusi ini Prof. Muh. Asdar menginisiasi lahirnya Gerakan Pengusaha Penulis Buku (GPPB) dengan para pendamping yang hadir dalam forum tersebut.
“Jika terwujud kelak, Ini menjadi yang pertama di Indonesia,” ucap Prof. Asdar.
Mengawali acara diskusi, Heny Suhaeny secara simbolis menyerahkan buku antara lain kepada Prof. Dr. H. Muh. Asdar, Kepala Dinas Perpustakaan Kota Makassar, Ketua Apindo Sulsel, akademisi, penulis, dan wartawan senior M. Dahlan Abubakar, Ketua IPMI Sulsel, dan Ibu Nurhayati Abu Djaropi. Di penghujung acara M. Dahlan Abubakar pun menyerahkan satu dari 45 judul buku karyanya kepada Heny Suhaeny. (mda).