PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Siapa sangka, dari kulit jeruk manis yang kerap terbuang, lahirlah harapan baru bagi jutaan anak dengan gangguan ADHD dan insomnia. Tim Program Kreativitas Mahasiswa dari Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin di bawah bimbingan Bapak Prof. Firzan Nainu, S.Si. M.Biomed, Ph.D, Apt, dan diketuai oleh Nur Qadriani Ramadani Iqbal, beranggotakan Andi Azhiimah Muizzah Hamka, Alifa Iqramia, Muhammad Taqiyuddin Al Farras, dan Dwi Resky Wulan Surayya, tengah mengembangkan riset inovatif untuk menemukan alternatif terapi alami menggunakan senyawa limonene—komponen utama minyak atsiri kulit jeruk manis—dengan memanfaatkan lalat buah (Drosophila melanogaster) sebagai organisme model.
Riset ini berangkat dari keprihatinan atas tingginya angka penderita ADHD, termasuk di Indonesia. Data BPS (Badan Pusat Statistika) 2023 mencatat sekitar jutaan anak mengalami ADHD, dan banyak di antaranya menghadapi efek samping berat dari obat-obatan kimia yang telah beredar, seperti peningkatan insomnia.
“Kami ingin mencari solusi yang bukan hanya efektif, tapi juga aman dan alami. Kulit jeruk manis ternyata menyimpan potensi luar biasa,” ungkap Nur Qadriani, Ketua Tim PKM NEUROADHD.
Melalui pendekatan eksperimental, Nur dan tim meneliti efek limonene terhadap perilaku dan fungsi saraf lalat buah yang diinduksi zat Bisphenol A dan Kafein, pemicu gejala mirip dengan ADHD disertai insomnia. Hasil menunjukkan, pemberian ekstrak kulit jeruk manis mampu menurunkan gejala hiperaktivitas dan meningkatkan kualitas tidur pada organisme model tersebut.
“Kami ingin riset ini menjadi inspirasi, bahwa inovasi ilmiah bisa lahir dari hal sederhana di sekitar kita. Bahkan kulit jeruk yang sering dianggap sampah, bisa menjadi kunci terapi masa depan,” tutur Andi Azhiimah, salah satu anggota tim dengan penuh semangat.
Riset ini diharapkan tidak hanya memperkaya ilmu farmasi, tetapi juga membuka jalan bagi pengembangan fitoterapi Indonesia yang lebih ramah, murah, dan berkelanjutan.
Dengan semangat muda dan dedikasi ilmiah, Nur Qadriani dan timnya membuktikan bahwa ilmu pengetahuan bukan sekadar teori, tapi jalan untuk memberi makna dan harapan. (*)