Mengenai hal ini, Analis Komunikasi Politik, Hendri Satrio mengapresiasi keberhasilan pangan Indonesia di bawah Presiden Prabowo mendapat pengakuan lembaga internasuoanl baik FAO maupun USDA.
“Diprediksi angkanya mencapai 35,6 juta ton. Kemarin juga di PBB Pak Prabowo mengatakan Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia. Mudah mudahan ini membawa kebaikan yang akan muncul untuk indonesia ke depan,” jelasnya.
Sejalan dengan hasil survei tersebut, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat peningkatan kesejahteraan petani secara nasional. Nilai Tukar Petani (NTP) pada September 2025 tercatat 124,36 naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Angka ini menandakan pendapatan petani meningkat lebih cepat dibanding pengeluaran rumah tangga mereka.
Kenaikan ini tidak terlepas dari berbagai kebijakan strategis Mentan Amran di Kementan, serta implememtasi dalam penyesuaian Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP) dari Rp 5.500 menjadi Rp 6.500 per kilogram.
Langkah ini dinilai efektif menjaga stabilitas harga di tingkat petani serta meningkatkan semangat produksi. Mentan Amran menegaskan bahwa kebijakan tersebut adalah bentuk nyata keberpihakan pemerintah terhadap petani.
“Kita ingin petani sejahtera dan terus menanam. Kenaikan HPP ini bukan hanya soal harga, tapi bukti negara hadir untuk memberi nilai yang layak bagi kerja keras petani,” tegas Amran.
Dengan meningkatnya HPP dan perbaikan sistem produksi, NTP yang terus naik dan tingkat kepuasan petani yang mencapai 84 persen menjadi indikator kuat bahwa sektor pertanian berada di jalur positif menuju swasembada pangan dan kemandirian nasional. (*)