Nyalakan Kembali Nama Mayor Thoeng di Hati Makassar

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Dalam kehidupan pribadi, salah satu istrinya, Ince Kuma, merupakan keturunan bangsawan dari Pangeran Gowa dan Pangeran Diponegoro. Dari pernikahan ini, Thoeng semakin diterima sebagai bagian dari masyarakat Makassar secara luas. Hubungan itu menjadi jembatan penting antara komunitas Tionghoa dan masyarakat Bugis-Makassar.

Secara keseluruhan, ia memiliki sepuluh anak, delapan laki-laki dan dua perempuan. Beberapa di antaranya dan keturunannya masih tinggal di rumah leluhur di Jalan Bacan, yang menyimpan lukisan sang Mayor dengan medali dari Kerajaan Belanda dan Pemerintah Tiongkok
Masa penjajahan Jepang membawa tragedi. Thoeng menolak bekerja sama dengan penjajah karena tidak ingin menjadi alat penindasan terhadap rakyat. Sikap beraninya itu membuat dia dianggap musuh. Ia bersama empat anak laki-laki dan dua menantunya ditangkap, lalu dieksekusi di kawasan Gowa. Salah satu menantu yang menjadi korban adalah suami dari anak Ince Kuma.

Setelah kematiannya, keluarga Thoeng menjadi target operasi Jepang karena diketahui menyembunyikan para pejuang Indonesia di rumah dagang warga Tionghoa dan memfasilitasi pertemuan rahasia para pejuang. Keluarga ini secara terbuka menyatakan sikap menentang penjajahan. Melanjutkan semangat sang Mayor yang pantang tunduk pada ketidakadilan.

Kini, nama Mayor Thoeng memang jarang disebut dalam sejarah resmi Makassar. Namun jasa dan keteladanannya tetap hidup dalam ingatan mereka yang mengenalnya. Ia bukan hanya pemimpin komunitas Tionghoa, melainkan juga tokoh kemanusiaan dan persaudaraan sejati yang memberi warna pada perjalanan kota ini.

Makassar tumbuh dari semangat keberagaman, dan Mayor Thoeng salah satu sosok yang membuktikan bahwa keberagaman dapat menjadi kekuatan Mengangkat kembali kisah Mayor Thoeng bukan sekadar mengenang masa lalu, melainkan juga merawat nilai-nilai kemanusiaan yang diwariskannya seperti kejujuran, solidaritas, dan keberanian untuk berdiri di sisi yang benar.
Karena jasa tidak selalu harus diabadikan lewat patung atau nama jalan, tetapi lewat ingatan yang hidup di hati masyarakat. Dan Makassar, seharusnya, tidak melupakan salah satu putra terbaiknya ini. (*).

1
2
TAMPILKAN SEMUA
Baca juga :  Meriah Reuni Akbar Alumni dan Perayaan HUT Ke-70 SMAKARA, Suster Yosepina : Keberagaman Akan Ditumbuh Kembangkan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Identitas” Unhas Kembali Gelar Dikdas

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Penerbitan Kampus ‘identitas’ Universitas Hasanuddin, Sabtu (11/10/2025) menggelar pendidikan dasar (dikdas) bagi para reporter dan...

Akar Rumput Rayakan Kebersamaan Lewat Milad Beruntun Akhir Pekan Ini

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Komunitas Akar Rumput kembali menunjukkan kehangatan dan kekompakannya. Akhir pekan ini, kelompok yang dikenal akrab dan...

PUKAT Sulsel Desak Penegakan UU Minerba, Tambang Ilegal di Maros Ancam Warga dan Lingkungan

PEDOMANRAKYAT, MAROS – Debu merah berterbangan di sepanjang poros Moncongloe, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Truk-truk bertonase besar hilir...

Sambut Lomba Kebersihan, Semua Desa di Tomoni Timur Serentak Aksi Bersih Lingkungan

PEDOMANRAKYAT, LUTIM - Seluruh desa di wilayah Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur, serentak menggelar aksi bersih lingkungan....