PEDOMANRAKYAT, SIDRAP — Lebih Satu dekade hidup tanpa sekretariat tetap, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) akhirnya menorehkan sejarah baru. Organisasi wartawan tertua dan terbesar di Indonesia itu kini resmi memiliki kantor sendiri di Jalan Dr. Syam Ratulangi, Pangkajene, Sidrap.
Momentum bersejarah itu dirayakan dalam acara syukuran sederhana namun sarat makna, dihadiri unsur pengurus, Darwis Pantong, Arief Arifin, Darwis Junudi, Darwis Syamsuddin, Hasnadiah, Syaiful, Irwan Jastam dan lainnya, Kamis (16/10/2025).
Sehari yang istimewa, karena tepat sebulan setelah pelantikan pengurus baru PWI Sidrap periode 2025–2028 pada 16 September lalu.
Bagi kalangan jurnalis di Bumi Nene Mallomo, terkhusus PWI Sidrap, hari itu bukan sekadar peresmian gedung, tetapi penegasan eksistensi dan marwah profesi wartawan Sidrap. Setelah bertahun-tahun berpindah-pindah tanpa tempat berkantor, kini mereka akhirnya memiliki “rumah” sendiri.
Simbol Kemandirian dan Kebersamaan.
Ketua PWI Kabupaten Sidrap, Darwis Pantong, menyebut kantor baru ini sebagai tonggak penting perjalanan organisasi.
“Dengan adanya kantor baru ini, kami berharap PWI Sidrap semakin solid dan mampu menjalankan program kerja dengan lebih baik,” ujarnya dalam sambutan penuh syukur.
Ia mengakui, meski jumlah anggota dan sumber daya masih terbatas, semangat untuk melahirkan wartawan profesional di Sidrap tetap menyala.
“Kami ingin PWI Sidrap menjadi organisasi yang bermarwah dan mampu mencetak kader jurnalis berkualitas,” tambahnya.
Suara dari Bendahara, Rumah Ini Simbol Harapan
Bendahara PWI Sidrap, Darwis Junudi, mengaku tak kuasa menahan haru saat melihat papan nama “Sekretariat PWI Sidrap” akhirnya berdiri di depan gedung kecil itu.
“Selama ini kami rapat di warung kopi, kadang di rumah anggota. Kini kami punya tempat untuk berkumpul, berdiskusi, dan merancang kegiatan. Ini bukan soal gedungnya, tapi tentang kebersamaan dan kebanggaan,” ujarnya dengan nada penuh semangat.
Ia menambahkan, keberadaan kantor baru menjadi titik balik organisasi. “Inilah momentum kebangkitan. Dari sini, kita ingin wartawan Sidrap bisa berdaya, mandiri, dan dihargai,” tegasnya.
Mengapa ada kue? lanjutnya, mengapa ada buah? karena kami ingin dengan sekretariat baru ini kami di PWI Sidrap bisa “berbuah manis”.
Sekretaris Tak Lagi Mengetik dari Warkop ke Warkop
Kegembiraan serupa datang dari Sekretaris PWI Sidrap, Arief Arifin. Baginya, kantor baru ini bukan sekadar tempat bekerja, melainkan jawaban dari perjuangan panjang para pengurus yang selama ini harus berpindah dari satu warung kopi, ke warung kopi lainnya hanya untuk mengerjakan urusan organisasi.
“Alhamdulillah, sekarang kami bisa bernafas lega. Tak perlu lagi membawa berkas dan laptop ke warkop yang satu, pindah ke warkop yang lain. Semua administrasi organisasi kini bisa dikerjakan di tempat sendiri,” ujarnya tersenyum.
Bagi Arief, ruang sederhana di Jalan Dr. Syam Ratulangi itu adalah simbol kemandirian dan profesionalisme baru PWI Sidrap. “Di sinilah kami akan mulai menata sistem kerja yang lebih tertib, transparan, dan produktif,” tambahnya.