Mereka bukan sekadar pembuat desain di ruang laboratorium, ujar Abdul Kadir, tapi juga ikut menyalakan mesin, memeriksa komponen, hingga berdialog dengan peternak pengguna.
“Pendekatan seperti ini penting untuk menumbuhkan empati dan kepekaan sosial,” kata Paisal, salah satu anggota tim dosen.
“Mereka belajar, teknologi bukan hanya soal efisiensi, tapi juga dampaknya terhadap kehidupan masyarakat,” ungkapnya.
Program pengabdian ini didanai melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) PNUP dan difasilitasi oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) kampus.
Pemerintah Kota Parepare turut memberikan apresiasi, menyebut inisiatif tersebut sejalan dengan agenda peningkatan kesejahteraan peternak dan pengelolaan limbah organik.
Selain menyerahkan mesin, tim CMCS juga memberikan pelatihan penggunaan dan perawatan kepada para peternak agar alat tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal.
Pendampingan teknis akan terus dilakukan untuk memastikan keberlanjutan fungsi dan manfaatnya.
Ke depan, sebut Abdul Kadir, CMCS PNUP berencana memperluas penerapan teknologi serupa ke berbagai wilayah lain di Sulawesi Selatan.
Abdul Kadir dan tim berharap inovasi kecil ini bisa menjadi awal dari gerakan besar penerapan teknologi tepat guna di sektor pertanian dan peternakan.
“Kalau peternak bisa bekerja lebih efisien, lingkungan terkelola dengan baik, dan mahasiswa belajar langsung dari realitas sosial, itulah esensi pendidikan vokasi yang kami perjuangkan,” ujarnya.
Dari sebuah bengkel di kampus Politeknik Negeri Ujung Pandang di Makassar, teknologi ini kini berputar di ladang-ladang Parepare, membawa harapan baru bagi peternak rumahan yang selama ini mengandalkan sabit dan tangan, Dr. Eng. Abdul Kadir Muhammad, menandaskan. (Hdr)