Kondisi itu sudah berlangsung cukup lama. Para pedagang beralasan tak sanggup lagi mendorong gerobak pulang setiap malam, sementara tempat penyimpanan yang aman sulit ditemukan. Akhirnya, jalan Bulogading pun menjadi semacam “gudang terbuka” di tengah kota.
Lurah Bulogading, Andika, ketika dihubungi PedomanRakyat.co.id, mengatakan pihaknya siap menertibkan area tersebut.
“Kami sudah berkoordinasi, dan akan segera ditindak agar tidak mengganggu keindahan serta kenyamanan warga,” ujarnya singkat.
Namun hingga kini, deretan gerobak itu masih berdiri di tempat yang sama. Catnya mulai pudar, rodanya berdebu, dan di sela-selanya tumbuh rumput kecil yang menandakan betapa lama mereka diam di situ.
Bagi sebagian orang, gerobak-gerobak itu mungkin sekadar penghalang pemandangan kota. Tapi bagi pemiliknya, di sanalah tersimpan cerita perjuangan — tentang usaha kecil yang bertahan di antara ketertiban yang sering kali kalah oleh kebutuhan hidup. (*)