Kolonel Franki Susanto menegaskan bahwa aspirasi mahasiswa adalah bagian dari hak demokratis yang harus dihormati. Ia mengajak para mahasiswa untuk menyampaikan pendapat secara santun dan konstruktif, tanpa merugikan kepentingan umum. “Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Kritik yang membangun adalah energi positif bagi kemajuan negeri, selama dilakukan dengan damai,” ujar Dandim.
Pendekatan komunikatif dan persuasif yang dilakukan Dandim menjadi teladan bagi aparat keamanan lainnya. Dengan kebijaksanaan dan kesabaran, beliau menunjukkan bahwa menjaga keamanan bukan semata soal kekuatan, tetapi tentang kemampuan memahami hati rakyat. Interaksi yang harmonis antara aparat dan mahasiswa sore itu menjadi gambaran nyata sinergi yang sejalan dengan semangat TNI sebagai pelindung dan sahabat rakyat.
Setelah situasi benar-benar terkendali, sekitar pukul 17.15 Wita, Dandim meninggalkan lokasi untuk meninjau area sekitar Fly Over. Tak lama kemudian, pukul 17.35 Wita, massa aksi membubarkan diri dengan tertib dan damai. Tidak ada benturan, tidak ada kerusakan fasilitas umum, dan tidak ada korban. Semuanya berakhir dengan aman dan penuh rasa saling menghormati.
Keberhasilan pengamanan ini menjadi bukti bahwa kepemimpinan yang berlandaskan hati nurani mampu menciptakan kedamaian tanpa kekerasan. Kolonel Inf Franki Susanto, SE., menunjukkan bahwa kekuatan sejati seorang pemimpin terletak pada kemampuannya menjaga harmoni di tengah perbedaan. Aksi unjuk rasa mahasiswa UNIBOS di Makassar bukan hanya menjadi peristiwa demokrasi, tetapi juga pelajaran berharga bahwa keamanan dan aspirasi rakyat dapat berjalan beriringan dalam semangat kebangsaan dan persatuan. (*Rz)