PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Kota Makassar kembali menunjukkan kedewasaan dalam berdemokrasi. Pada Senin, 20 Oktober 2025, sekitar pukul 16.20 Wita, puluhan mahasiswa dari Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Teknik Universitas Bosowa (UNIBOS) melaksanakan aksi unjuk rasa di depan kampus mereka di Jalan Urip Sumoharjo. Aksi tersebut merupakan refleksi satu tahun kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Bapak Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Puluhan mahasiswa yang dipimpin oleh Rayyan Saputra sebagai jenderal lapangan, terlihat bersemangat menyampaikan aspirasi. Dengan megaphone di tangan dan bendera fakultas yang berkibar, mereka bergantian berorasi dan menutup sebagian badan jalan. Aksi tersebut berjalan dengan penuh semangat, mencerminkan kepedulian generasi muda terhadap arah pembangunan bangsa.
Para mahasiswa menyuarakan lima tuntutan utama yang mencerminkan kepedulian terhadap nasib rakyat. Mereka mendesak audit terhadap Program Makanan Bergizi Gratis (MBG), menuntut pendidikan gratis bagi seluruh rakyat Indonesia, dan mendorong evaluasi nasional atas kinerja kementerian serta pemerintah daerah. Selain itu, mereka menekankan pentingnya transparansi APBN serta pembangunan ekonomi yang berpihak pada rakyat kecil. Semua aspirasi itu disampaikan dengan semangat perubahan dan cinta terhadap negeri.
Namun, sekitar pukul 16.30 Wita, situasi sempat memanas ketika massa aksi bergeser ke arah Fly Over Makassar. Beberapa mahasiswa membakar ban bekas dan memblokade jalan menggunakan spanduk dan bambu. Melihat potensi kericuhan, Dandim 1408/Makassar Kolonel Inf Franki Susanto, SE., dengan sigap turun langsung ke lokasi untuk memastikan situasi tetap terkendali dan masyarakat sekitar tetap aman.
Kehadiran Dandim di tengah massa menjadi titik balik yang menyejukkan. Dengan langkah tenang, sikap tegas, dan tutur yang santun, beliau mendekati koordinator aksi untuk berdialog. Pendekatan humanis yang dilakukan Kolonel Franki mampu meredam emosi peserta aksi. Ia tidak datang dengan kekuatan, melainkan dengan ketulusan untuk mendengarkan. Hasilnya, suasana yang sempat tegang berubah menjadi damai dan kondusif.
Kolonel Franki Susanto menegaskan bahwa aspirasi mahasiswa adalah bagian dari hak demokratis yang harus dihormati. Ia mengajak para mahasiswa untuk menyampaikan pendapat secara santun dan konstruktif, tanpa merugikan kepentingan umum. “Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Kritik yang membangun adalah energi positif bagi kemajuan negeri, selama dilakukan dengan damai,” ujar Dandim.
Pendekatan komunikatif dan persuasif yang dilakukan Dandim menjadi teladan bagi aparat keamanan lainnya. Dengan kebijaksanaan dan kesabaran, beliau menunjukkan bahwa menjaga keamanan bukan semata soal kekuatan, tetapi tentang kemampuan memahami hati rakyat. Interaksi yang harmonis antara aparat dan mahasiswa sore itu menjadi gambaran nyata sinergi yang sejalan dengan semangat TNI sebagai pelindung dan sahabat rakyat.
Setelah situasi benar-benar terkendali, sekitar pukul 17.15 Wita, Dandim meninggalkan lokasi untuk meninjau area sekitar Fly Over. Tak lama kemudian, pukul 17.35 Wita, massa aksi membubarkan diri dengan tertib dan damai. Tidak ada benturan, tidak ada kerusakan fasilitas umum, dan tidak ada korban. Semuanya berakhir dengan aman dan penuh rasa saling menghormati.
Keberhasilan pengamanan ini menjadi bukti bahwa kepemimpinan yang berlandaskan hati nurani mampu menciptakan kedamaian tanpa kekerasan. Kolonel Inf Franki Susanto, SE., menunjukkan bahwa kekuatan sejati seorang pemimpin terletak pada kemampuannya menjaga harmoni di tengah perbedaan. Aksi unjuk rasa mahasiswa UNIBOS di Makassar bukan hanya menjadi peristiwa demokrasi, tetapi juga pelajaran berharga bahwa keamanan dan aspirasi rakyat dapat berjalan beriringan dalam semangat kebangsaan dan persatuan. (*Rz)