“Kami tidak membedakan agama, asal daerah, atau latar belakang. Selama seseorang memiliki integritas dan komitmen akademik, mereka berhak mendapat tempat di sini,” sebut Prof. Agus.
Di tangan Prof. Yoel Passae, Direktur Pascasarjana UKI Paulus, sistem pembelajaran di program doktor hukum dirancang adaptif terhadap tantangan zaman.
Model hybrid learning, gabungan tatap muka dan daring, menjadi pilihan utama agar mahasiswa dari berbagai wilayah bisa tetap aktif mengikuti kuliah tanpa terkendala jarak.
“Kami menetapkan standar tinggi,” ujar Yoel.
Mahasiswa diwajibkan memiliki skor TOEFL minimal 500, IPK minimal 3,0, serta aktif dalam seminar nasional dan internasional. Masa studi dirancang tiga tahun atau enam semester.
Yoel menyebut sistem itu bukan sekadar inovasi teknis, melainkan wujud keseriusan kampus untuk menghadirkan pendidikan hukum berstandar global dari timur Indonesia.
“Kami ingin lulusan program ini mampu menulis, meneliti, dan berpikir dengan kerangka akademik yang diakui di level internasional,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala LLDikti Wilayah IX, Andi Lukman, memuji langkah UKI Paulus yang dinilainya berani sekaligus visioner. “UKI Paulus sudah lama dikenal menjaga mutu akademik dengan serius. Pembukaan program doktor hukum memperkuat posisi mereka sebagai mitra strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia hukum di kawasan timur,” katanya.
A. Lukman berharap, program baru ini dapat melahirkan doktor hukum yang berintegritas, berwawasan global, dan berpihak pada keadilan sosial.
“Negara membutuhkan intelektual hukum yang tidak hanya pandai berargumen, tapi juga peka terhadap realitas masyarakat,” ujarnya.
Dengan program doktor hukum yang baru diresmikan, UKI Paulus kini memikul beban harapan besar. Di kawasan timur Indonesia, di mana akses pendidikan tinggi masih terbatas, kampus ini ingin membuktikan, perguruan tinggi swasta juga mampu menjadi pusat keunggulan ilmu hukum nasional.
“Langkah ini bagian dari misi kami untuk terus berinovasi dan memperluas kontribusi bagi bangsa,” kata Prof. Agus menutup acara.
Sore itu, setelah prosesi foto bersama dan tepuk tangan panjang, para mahasiswa angkatan pertama memasuki ruang kuliah. Di papan tulis tertulis tema kuliah umum perdana, yaitu “Etika dan Tanggung Jawab Ilmuwan Hukum dalam Masyarakat Modern.”
Dari ruang sederhana di sudut Makassar itu, UKI Paulus menapaki babak baru sejarahnya, menyalakan obor keilmuan hukum dari timur, untuk Indonesia. (Hdr)