Denyut Kehidupan di Car Free Day: (7) Warna Warni Kehidupan CFD

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Dengan bersama-sama mereka bekeliling keramaian CFD pada saat itu. Ternyata penyanyi dari ‘band’ jalanan itu adalah seseorang yang memiliki keterbatasan dalam penglihatannya. Di balik keterbatasannya terdapat bakat yakni sebuah suara emas. Berbagai tujuan orang datang ke kegiatan yang digelar setiap akhir pekan ini.

Mulai dari sekelompok perempuan paruh baya dengan pakaian yang mentereng yang datang untuk senam poco-poco. Bahkan sekelompok remaja yang hanya datang untuk jalan jalan dan berbelanja. Saya sempat mengobrol dengan sekelompok remaja yang berjumlah 3 orang. Mereka bernama Riska, Uswa, dan Iznil. Mereka bercerita, ini pertama kali mereka mengunjungi CFD. Terkhususnya di Boulevard. Biasanya mereka pergi ke CFD Unhas, yang notabene lebih dekat dengan tempat tinggal mereka di Tamalanrea.
Mereka merasa CFD di Boulevard ini lebih ramai dan padat dibandingkan
CFD yang digelar di Unhas. Walaupun padat, mereka merasa pengamanan di Boulevard begitu terkendali dan tertib karena di sekitar area kegiatan banyak polisi dan petugas keamanan yang bertugas mengamankan area.
Waktu berjalan cepat. Matahari naik semakin tinggi, menandakan pagi mulai beralih menuju siang. Keringat mulai membasahi pelipis, tapi langkah kami masih semangat. Masing-masing kelompok tampak serius mencatat hasil pengamatan. Beberapa terlihat sedang mewawancarai pengunjung, ada juga yang sibuk mengambil foto suasana. Bahkan saya beberapa kali juga mengambil foto dari suasana di sekitar CFD menggunakan gawai.

Pagi itu mungkin hanya bagian kecil dari kegiatan magang kami, tapi memberi banyak pelajaran. CFD Boulevard tidak hanya menawarkan hiburan dan olahraga, tapi juga gambaran kecil kehidupan perkotaan yang penuh dinamika. Di sana ada kerja keras tukang parkir. Ada tawa remaja. Ada semangat ibu-ibu senam. Dan, ada anak kecil yang memandangi dunia dengan mata berbinar. Semua menjadi potret keanekaragaman manusia dalam satu ruang publik yang hidup.
Ketika kami melangkah pulang, matahari sudah tinggi. Jalanan mulai sepi, menyisakan aroma makanan dan bekas langkah ribuan orang. Perjalanan hari itu begitu berkesan. Ada banyak pelajaran tentang kehidupan. Dan juga tentunya jajanan yang lezat hasil perburuan di CFD. (*).

1
2
TAMPILKAN SEMUA
Baca juga :  Pelindo Regional 4 Makassar dan ITB Nobel Bangun Kemitraan Pendidikan–Industri

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Bencana Angin Puting Beliung, Sedot Perhatian Pemprov Sulsel, Gubernur Turun Langsung Serahkan Bantuan

PEDOMANRAKYAT, PINRANG - Dukungan terhadap para korban terdampak musibah bencana angin puting beliung di Kecamatan Lanrisang terus mengalir....

Terkait Toko Modern di Suppa, Legislator Nasdem Menentang Keberadaannya

PEDOMANRAKYAT, PINRANG -- Legislator Partai Nasdem Pinrang, M Faisal terang-terangan menyatakan dirinya menolak keberadaan Toko Modern atau afiliasi...

Pemprov Kaltara Kembali Torehkan Tinta Emas Melalui Anugerah WBTbI 2025, Penghargaan ke-8 yang Diraih Dalam 2 Pekan di Pengujung Tahun

PEDOMANRAKYAT, JAKARTA - Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenbud RI) melalui Direktorat Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi sukses menyelenggarakan...

Masyarakat dan Pedagang Minta Pemda Lutra Ditimbun Lokasi Pasar, Pemerhati Sosial Sebut Sampah Pasar Dominan

PEDOMANRAKYAT, LUWU UTARA - Pemerhati Sosial di Luwu Utara (Lutra), Sulawesi Selatan (Sulsel) meminta Pemerintah Kabupaten untuk menimbun...