Denyut Kehidupan di Car Free Day: (12) Cosplayer Di Tengah Lautan Manusia CFD

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Fadhil Azhim
Prodi Akuntansi FEB/Magang ‘identitas’

Matahari mulai menyapa bumi dengan sinarnya. Ayam mulai bernyanyi. Beberapa anak mulai bermain dengan sepedanya dan arus kendaraan yang tidak terlalu padat. Itulah yang terlintas selama sekitar 10 menit perjalanan menuju aktivitas bebas dari asap kendaraan bermotor, Car Free Day (CFD) di Jl. Boulevard Makassar, Minggu (12/102025). pagi.

CFD dikenal sebagai ajang olahraga dan upaya mengurangi polusi kendaraan bermotor. Tetapi, di balik jalanan tenang tanpa suara bising knalpot, berdenyut pula perputaran roda ekonomi rakyat yang hidup di pagi itu. Suara bising yang timbul bukan lagi berasal dari kendaraan bermotor, melainkan dari aktivitas perdagangan masyarakat.

Perjalanan dimulai di sudut tengah dan berusaha menuju salah dari satu ujung bagian CFD. Perlu kesabaran dan kehati-hatian dalam melewati lautan manusia yang seolah tak ada hentinya. Kita diharuskan untuk dapat fokus ke depan dan tidak sembarangan dalam melirik agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dengan orang lain. Hal itu merupakan salah satu tantangan yang dihadapi mengingat banyaknya sesuatu yang seharusnya dapat menjadi konsumsi mata di sekitar CFD.

Walaupun perjalanan berfokus untuk tidak membuat kesalahpahaman dengan orang lain, tetapi masih tetap dapat melihat keberagaman yang ada dalam aktivitas yang penuh dengan kesibukan. Di tengah arus manusia yang terus mengalir, terdapat banyak tenant yang siap menopang pendapatan dari masyarakat. Makanan, minuman, barang-barang, dan sebagainya menjadi (merupakan) produk yang disiapkan tenant untuk memenuhi kebutuhan pedagang dan pengunjung.
Keanekaragaman makanan, minuman, barang-barang, dan sebagainya yang seolah berupa sesuatu yang dijual di pasar seperti ikan kering, tanaman, sampai mainan rubik membuat terbukanya anggapan bahwa kegiatan CFD ini bagaikan “Pasar Tumpah”. Suasana lautan manusia yang tak ada habisnya, serta banyaknya tenant yang seperti tak terputus kecuali sampai pada ujungnya, rasanya membuat adanya sedikit (rasa) ke-(mirip)-an seperti di pasar.

Baca juga :  Catatan dari Seminar Nasional FH Unhas: (1) Sebagai Penjaga Konstitusi, MK Harus Steril

QSelain produk yang dijual, keberagaman aktivitas pengunjung yang berbeda-beda juga menimbulkan kesan yang menarik perhatian. Kebanyakan orang berjalan kaki dengan outfit olahraga, tetapi tidak sedikit juga yang berjalan bersama sepedanya. Bahkan terdapat seseorang yang membawa kucing ras kesayangannya dan membuat jari-jari merasa terpanggil untuk menyentuhnya. Meskipun begitu, makhluk itu perlahan hilang dalam gelombang keramaian bersama dengan seseorang yang menggendongnya. Jadi di sini, tak hanya manusia yang menikmati udara segar tanpa polusi, tetapi hewan piaraan pun juga merasakan kenyamanan seperti tuannya.

1
2TAMPILKAN SEMUA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Kebakaran di Pitumpanua, Rumah Panggung dan Sarang Walet Tiga Lantai Jadi Abu

PEDOMANRAKYAT, WAJO - Sebuah rumah panggung milik warga di Dusun Batutittie, Desa Alelebbae, Kecamatan Pitumpanua, Kabupaten Wajo, hangus...

Pada “Koordinat Rasa”, 10 Penulis “Bersekutu”

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Boleh jadi ini pertama kali dalam bidang literasi di Kota Makassar, sepuluh penulis berkolaborasi menulis...

Camat Tomoni Timur Tekankan Disiplin ASN dan Penuntasan Program Akhir Tahun

PEDOMANRAKYAT, LUWU TIMUR - Camat Tomoni Timur, Yulius, menegaskan pentingnya keseimbangan antara hak dan kewajiban Aparatur Sipil Negara...

HUT Ke-53 Desa Kertoraharjo Diperingati Secara Sederhana Namun Penuh Makna

PEDOMANRAKYAT, LUWU TIMUR — Desa Kertoraharjo, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur, memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-53...