Fadhil Azhim
Prodi Akuntansi FEB/Magang ‘identitas’
Matahari mulai menyapa bumi dengan sinarnya. Ayam mulai bernyanyi. Beberapa anak mulai bermain dengan sepedanya dan arus kendaraan yang tidak terlalu padat. Itulah yang terlintas selama sekitar 10 menit perjalanan menuju aktivitas bebas dari asap kendaraan bermotor, Car Free Day (CFD) di Jl. Boulevard Makassar, Minggu (12/102025). pagi.
CFD dikenal sebagai ajang olahraga dan upaya mengurangi polusi kendaraan bermotor. Tetapi, di balik jalanan tenang tanpa suara bising knalpot, berdenyut pula perputaran roda ekonomi rakyat yang hidup di pagi itu. Suara bising yang timbul bukan lagi berasal dari kendaraan bermotor, melainkan dari aktivitas perdagangan masyarakat.
Perjalanan dimulai di sudut tengah dan berusaha menuju salah dari satu ujung bagian CFD. Perlu kesabaran dan kehati-hatian dalam melewati lautan manusia yang seolah tak ada hentinya. Kita diharuskan untuk dapat fokus ke depan dan tidak sembarangan dalam melirik agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dengan orang lain. Hal itu merupakan salah satu tantangan yang dihadapi mengingat banyaknya sesuatu yang seharusnya dapat menjadi konsumsi mata di sekitar CFD.
Walaupun perjalanan berfokus untuk tidak membuat kesalahpahaman dengan orang lain, tetapi masih tetap dapat melihat keberagaman yang ada dalam aktivitas yang penuh dengan kesibukan. Di tengah arus manusia yang terus mengalir, terdapat banyak tenant yang siap menopang pendapatan dari masyarakat. Makanan, minuman, barang-barang, dan sebagainya menjadi (merupakan) produk yang disiapkan tenant untuk memenuhi kebutuhan pedagang dan pengunjung.
Keanekaragaman makanan, minuman, barang-barang, dan sebagainya yang seolah berupa sesuatu yang dijual di pasar seperti ikan kering, tanaman, sampai mainan rubik membuat terbukanya anggapan bahwa kegiatan CFD ini bagaikan “Pasar Tumpah”. Suasana lautan manusia yang tak ada habisnya, serta banyaknya tenant yang seperti tak terputus kecuali sampai pada ujungnya, rasanya membuat adanya sedikit (rasa) ke-(mirip)-an seperti di pasar.
QSelain produk yang dijual, keberagaman aktivitas pengunjung yang berbeda-beda juga menimbulkan kesan yang menarik perhatian. Kebanyakan orang berjalan kaki dengan outfit olahraga, tetapi tidak sedikit juga yang berjalan bersama sepedanya. Bahkan terdapat seseorang yang membawa kucing ras kesayangannya dan membuat jari-jari merasa terpanggil untuk menyentuhnya. Meskipun begitu, makhluk itu perlahan hilang dalam gelombang keramaian bersama dengan seseorang yang menggendongnya. Jadi di sini, tak hanya manusia yang menikmati udara segar tanpa polusi, tetapi hewan piaraan pun juga merasakan kenyamanan seperti tuannya.
Di tengah matahari yang mulai memanggang tanah, mata mulai tertuju pada sosok yang berpakaian unik. Ternyata sosok itu merupakan dua orang yang sedang melakukan aktivitas cosplay (terjemahan dalam bahasa Indonesia atau beri pengertian permainan ini) berupa karakter kartun yang banyak ditonton, terutama pada anak-anak. Dua orang itu bernama Appi sebagai Kamen Rider dan Afdan selaku Bima X. Kedua orang ini senantiasa melambaikan tangan pada pengunjung yang lewat, terutama anak-anak yang selalu merasa bersemangat, walaupun ada juga yang gugup.
“Saya ini (Appi) sebagai Kamen Rider yang merupakan gambaran super hero Jepang dan dia (Afdan) menjadi Bima X yang berasal dan dikenal sebagai super hero dari Indonesia,” ungkapnya. Appi dan Afdan turut bersemangat melakukan cosplay sambil menyapa orang-orang yang terus mengalir. Walaupun begitu, pakaian yang dikenakan tentu tidak terlalu nyaman, bahkan merasa kepanasan. Tetapi, Appi dan Afdan masih memiliki dorongan yang menetap di dalam jiwanya dan digambarkan lewat kesiapannya yang dimulai sejak pukul 6 pagi.
Arya, seorang anak laki-laki yang masih berusia sekitar di bawah 10 tahun, turut berpartisipasi untuk dapat berfoto dengan kedua karakter tersebut. Didampingi dengan keluarganya, Arya berfoto bersama dengan dua karakter super hero dengan posisi di tengah serta Appi dan Afdan berada di sampingnya.
Tetapi, Ketika ditanyai tentang karakter yang foto bersamanya, Arya tidak mengetahuinya. Ia mengaku, memiliki keinginan untuk berfoto karena merasa tertarik dengan karakter tersebut. Ia mengatakan bahwa ketertarikannya berasal dari kebiasaan dalam menonton dan melihat sosok tersebut melalui youtube.
Selain anak-anak, terdapat beberapa remaja yang tertarik dan bersemangat untuk berfoto dengan karakter yang diperankan oleh Appi dan Afdan. Nabil, remaja laki-laki yang berusia 13 tahun dan masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), berfoto dengan gaya tangan seperti super hero. Saat ditanyai mengenai karakter yang foto bersamanya, ia dapat menjawabnya, walaupun masih berusaha untuk mengingat kembali. Gunakan kalimat langsung dalam bertanya
(“Mengapa mau berfoto dengan super hero?,” saya bertanya kepadanya.)
“Sekarang tidak terlalu paham, tetapi sering nonton dan paham sewaktu saya masih kecil,” ujarnya.
Kayes, sosok remaja perempuan yang bersama dengan Nabil, berumur 17 tahun, dan masih berada di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) turut serta melihat kedua sosok tersebut. Walaupun begitu, Kayes tidak melakukan (ber)-foto bersama dan hanya memotret Nabil dengan kedua karakter tersebut. Ia mengaku tidak terlalu paham tentang kedua sosok yang diperankan oleh Appi dan Afdan.
Sekitar pukul 08.30 dengan kondisi matahari yang seolah makin menyentuh kulit, perjalanan pulang dilakukan selepas menyaksikan Appi dan Afdan. Tetapi, panasnya matahari tidak membuat lautan manusia seperti berkurang sedikit pun. Di tengah perjalanan, terjadi pertemuan dengan petugas Dinas Perhubungan (Dishub), Adhitya yang membahas tentang batas dari kegiatan CFD, sebelum akhirnya kembali ke tempat penginapan.
“CFD ini dilakukan hingga pukul 9 pagi disebabkan terdapat beberapa usaha yang bekerja di sepanjang jalan yang digunakan,” ucapnya. (*).

