Dan benar saja, sepanjang turnamen, tak ada yang benar-benar kalah. Warga saling dukung, sponsor ikut membantu, dan setiap pertandingan jadi ajang silaturahmi. Lapangan Ulil Albab bahkan jadi semacam alun-alun mini — tempat semua kalangan berkumpul setiap sore.
Ketika Bola Menggerakkan Ekonomi
Di luar lapangan, roda ekonomi kecil ikut berputar.
Warung kopi sederhana, penjaja bakso, hingga pedagang es teh ramai didatangi penonton. Anak-anak berlarian membeli jajanan, sementara para ibu berbagi cerita di bawah tenda biru.
Ketua Panitia Rusli Dg. Leo menegaskan bahwa turnamen ini bukan hanya soal skor akhir, tapi juga dampaknya bagi masyarakat sekitar.
“Kami ingin olahraga jadi pemicu kemajuan. Gowa yang sehat, maju, dan sejahtera bisa dimulai dari kegiatan sederhana seperti ini,” ujarnya.
Panitia pun telah menyiapkan acara penutup berupa malam ramah tamah pada Ahad, 8 November 2025, di lapangan yang sama — sebuah perayaan kecil untuk menutup perjalanan besar.
Dari Lapangan Dusun Lahir Semangat Besar
Ulil Albab Cup bukan hanya soal siapa yang menang, tapi bagaimana semua orang ikut merasa jadi bagian dari permainan. Dari anak-anak SD yang baru belajar menendang bola, hingga pelaku UMKM yang tersenyum karena dagangannya laris, semuanya berperan dalam kisah ini.
Dan ketika lampu-lampu lapangan perlahan padam malam itu, masih ada satu hal yang menyala: semangat untuk terus bermain, terus berjuang, dan terus bermimpi. Karena di setiap gol yang tercipta, ada harapan — harapan bahwa dari Dusun Kalolo, akan lahir bintang-bintang baru untuk Gowa, dan untuk Indonesia. ( ab )

