“Tidak ada kata terlambat untuk memulai,” tambahnya. “Banyak cerita sukses bahkan dimulai dari umur 60 tahunan.”
Ia berpesan khusus kepada Pak Rektor. Agar ITS menekuni pengembangan alat permesinan pertanian.
Karena “jatuh hati” pada atmosfer ITS itulah, jadwal ke Jakarta siang itu dibatalkan. Beliau memutuskan lanjut. Ikut acara keempat. Reuni Akbar Alumni ITS 2025.
Di dalam Graha ITS, lebih dari 2.000 alumni sudah menanti. Tentu, beliau langsung didaulat naik panggung.
Di depan ribuan alumni, pesannya jauh lebih tajam. “Gagasan tanpa action adalah nol!” serunya. “Sudah terlalu banyak narasi di negeri ini. Yang diperlukan adalah aksi!”
Beliau lantas cerita bagaimana Kementan menggenjot swasembada beras. Bagaimana mencetak sawah 1 juta hektar. Caranya? Orang dan sistem harus “dalam tekanan”.
“Dengan tekanan, kita bisa maju berprestasi secara cepat,” katanya. “Tidak ada santai. Perlu kerja keras.”
Beliau menantang alumni. “Jadilah pengusaha!” dorongnya. “Ciptakan lapangan pekerjaan. Ciptakan kebaikan bagi negeri ini.”
Lalu, beliau sampaikan hal menarik. Pesan utamanya. Ia sangat bangga dan mendukung karya anak bangsa. “Meskipun pada awalnya tidak sempurna,” katanya. “Kita dukung. Agar lebih baik.” Jangan minder dulu.
Lalu, Pak Menteri melakukan sesuatu yang tidak terduga. Buktinya. Beliau meminta alumni ITS pengusaha yang berkiprah di sektor pertanian untuk maju ke panggung.
Dan ini bagian terbaiknya. Para alumni itu tidak hanya diberi saran. Tidak hanya diajak diskusi. Beberapa dari mereka, hari itu juga, langsung diberi order!
“Saya beli produk pangan ini!” katanya, menunjuk satu produk.
“Anda buat mesin traktornya, saya transfer dananya,” tunjuknya ke alumni lain.
“Anda, bisa buat kapal tapi lebih murah? Nah, kalau ini bicara berdua, karena untuk bisnis saya, kita tindak lanjuti.” Inilah aksi nyata. Bukan wacana.
Ternyata, “aksi” hari itu tidak berhenti di panggung. Setelah menantang para peneliti soal mesin tanam. Setelah memberi order langsung ke alumni. Pak Amran tidak mau gagasannya jadi nol.
Di akhir acara, ada “pengikat” resminya. ITS, hari itu juga, langsung meneken MoU. Dengan siapa? Dengan Badan Perakitan dan Modernisasi Mekanisasi Pertanian. Beliau menyaksikan penandatanganan ini.
Itu. Badan yang pas mengurusi alat-alat yang beliau tantang di acara kedua tadi.
Pak Menteri tidak hanya melempar tantangan. Beliau siapkan jalannya. Tantangan membuat “traktor perahu” itu kini punya alamat yang jelas.
Kunjungan ini bukan sekadar menyapa atau hanya memberikan tantangan. Ini adalah pengikat. (*)

