Dia menyebut pihaknya mengacu dari data Badan Pusat Statistik (BPS) demi menjalankan program meningkatkan produksi pertanian, sehingga benih unggul ini sudah beradaptasi dengan kondisi lokal. Benih dinilai lebih tahan terhadap tantangan di lapangan.
“Survei dari BPS yang memberikan kita informasi bahwa waktu kita ubinan (sawah) tahun 2022, pengujiannya itu, itu kenaikannya sampai 8 ton menjadi 13 ton. Sekitar 20 persen. Dia lebih adaptif karena ditangkar di sini. Dia lebih kenal tanahnya, lebih kenal cuacanya. Tahan hama,” ujarnya.
Andi Sudirman menjelaskan proses penangkaran dilakukan oleh kelompok penangkar lokal. Benih sumber diperoleh dari persilangan Kementerian Pertanian (Kementan) sebelum dikembangkan di Sulsel.
“Dia ditangkar di tempat penangkar-penangkar kita, IKB (Instalasi Kebun Benih) kita ya. Jadi, kita ambil benih sumber dari persilangan yang ada di Kementan. Kemudian kita bawa ke sini, kemudian kita tangkar ke IKB-IKB kita,” jelasnya.
Benih yang diproduksi kemudian disertifikasi dan dibagikan ke petani. Pemerintah memastikan hanya benih unggul turunan pertama yang disalurkan.
“Buahnyalah itu yang dibagi menjadi bibit unggul, karena dia turunan pertama, ke seluruh petani kita,” lanjutnya.
Andi Sudirman menegaskan, program Mandiri Benih dan alsintan ini disebut sebagai langkah memperkuat sektor pertanian Sulsel. Andi Sudirman menekankan pentingnya menjaga rantai pertanian dari hulu ke hilir.
“Satu saja, bagaimana kita menjaga mulai dari benih, sistem pengairan, pemeliharaan yang baik,” jelas Gubernur Sulsel. (Yustus)

