PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Andi Sudirman Sulaiman bersama Wakil Gubernur Fatmawati Rusdi resmi meluncurkan program Mandiri Benih di kawasan Center Point of Indonesia (CPI) Makassar, Minggu (16/11/2025).
Peluncuran program Mandiri Benih ini sebanyak 10.599 kelompok tani akan menerima berbagai jenis bantuan yang telah diverifikasi sebagai penerima manfaat. Bantuan yang disalurkan meliputi benih unggul, bibit tanaman perkebunan, serta alat dan mesin pertanian (alsintan).
Bantuan bibit yang diberikan berasal dari alokasi APBD Sulsel, di antaranya benih padi sebanyak 5 juta kg atau 5 ribu ton senilai Rp75 miliar, dengan luas areal tanam sekitar 200.000 hektar untuk 9.896 kelompok. Kemudian 66.423 kg benih jagung hibrida senilai Rp4,58 miliar untuk 405 kelompok, serta 117.000 bibit kopi arabika yang bernilai Rp909,5 juta untuk enam kelompok tani.
Selain itu, Pemprov Sulsel juga menyalurkan 7.000 bibit durian dan puluhan ribu bibit hortikultura lainnya untuk mendukung peningkatan produktivitas perkebunan di berbagai wilayah.
Bantuan alsintan turut diberikan untuk mendorong modernisasi sektor pertanian, diantaranya, 50 unit traktor roda empat senilai Rp4,54 miliar, 77 unit combine harvester senilai Rp12,8 miliar, 155 unit hand traktor, bantuan lainnya mencakup 31 unit cultivator serta 8.325 unit hand sprayer yang bersumber dari APBN dan APBD.
“Totalnya Rp 75 miliar untuk benih dan alat-alat alsintan itu sekitar kurang lebih Rp 20 miliar sekian. Jadi sekitar totalnya Rp 116 miliar,” kata Andi Sudirman kepada awak media.
Gubernur Sulsel mengungkapkan benih yang disalurkan merupakan varietas yang sudah terbukti adaptif dengan kondisi lahan petani di Sulsel. Menurutnya, pemerintah tidak ingin memberikan bantuan yang tidak sesuai kebutuhan di lapangan.
“Ada inpari, ada juga beberapa varietas lain yang tentu dibutuhkan masyarakat. Jadi bukan keinginan kita yang memberikan, tapi bagaimana yang dibutuhkan oleh masyarakat, jenis varietas yang sering ditanam memang oleh masyarakat, yang tentu sudah adaptif, dan proven (terbukti) selama ini,” tuturnya.
Dia menyebut pihaknya mengacu dari data Badan Pusat Statistik (BPS) demi menjalankan program meningkatkan produksi pertanian, sehingga benih unggul ini sudah beradaptasi dengan kondisi lokal. Benih dinilai lebih tahan terhadap tantangan di lapangan.
“Survei dari BPS yang memberikan kita informasi bahwa waktu kita ubinan (sawah) tahun 2022, pengujiannya itu, itu kenaikannya sampai 8 ton menjadi 13 ton. Sekitar 20 persen. Dia lebih adaptif karena ditangkar di sini. Dia lebih kenal tanahnya, lebih kenal cuacanya. Tahan hama,” ujarnya.
Andi Sudirman menjelaskan proses penangkaran dilakukan oleh kelompok penangkar lokal. Benih sumber diperoleh dari persilangan Kementerian Pertanian (Kementan) sebelum dikembangkan di Sulsel.
“Dia ditangkar di tempat penangkar-penangkar kita, IKB (Instalasi Kebun Benih) kita ya. Jadi, kita ambil benih sumber dari persilangan yang ada di Kementan. Kemudian kita bawa ke sini, kemudian kita tangkar ke IKB-IKB kita,” jelasnya.
Benih yang diproduksi kemudian disertifikasi dan dibagikan ke petani. Pemerintah memastikan hanya benih unggul turunan pertama yang disalurkan.
“Buahnyalah itu yang dibagi menjadi bibit unggul, karena dia turunan pertama, ke seluruh petani kita,” lanjutnya.
Andi Sudirman menegaskan, program Mandiri Benih dan alsintan ini disebut sebagai langkah memperkuat sektor pertanian Sulsel. Andi Sudirman menekankan pentingnya menjaga rantai pertanian dari hulu ke hilir.
“Satu saja, bagaimana kita menjaga mulai dari benih, sistem pengairan, pemeliharaan yang baik," jelas Gubernur Sulsel. (Yustus)

