PEDOMANRAKYAT, BULUKUMBA - Di antara suara ombak dan denting palu para pappalimbang di Tanah Beru, Bulukumba, seorang anak muda Makassar bernama Andi Arung Mattugengkeng memilih tinggal beberapa hari di lokasi acara Annyorong Lopi 2025. Bukan untuk berlibur, melainkan untuk menunggu momen—detik-detik kecil yang kelak menjelma menjadi cerita dalam selembar foto.
Lomba Fotografi Annyorong Lopi yang digelar PT RIMA (Riara Marine) pada 3–12 November 2025 ini diikuti peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Namun Arung—alumni Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Makassar sekaligus pemilik Imagenations Studio—datang dengan caranya sendiri: dengan kesabaran, kegigihan, dan rasa cinta pada budaya maritim Sulawesi Selatan.
Ia menyaksikan langsung bagaimana para perajin pinisi bekerja, bagaimana tradisi dijaga, dan bagaimana masyarakat Tanah Beru mewariskan keterampilan leluhur dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dari situlah tiga fotonya lahir.
“Saya tidur di lokasi beberapa malam, hanya untuk menunggu momen yang tepat,” kata Arung kepada awak media. “Karena di Annyorong Lopi, setiap gerakan itu bercerita.”
Tiga fotonya dikirim ke akun IG panitia lomba lengkap dengan judul dan deskripsi:
Doa di Lunas: Emas yang Menghidupkan Kapal
Semangat Melayarkan Tradisi: Gotong Royong dalam Jiwa Pappalimbang
Menyatukan Jiwa Kapal
Tanpa disangka, foto keduanya—yang menggambarkan kekuatan gotong royong para pappalimbang—keluar sebagai Juara 1, setelah diumumkan melalui Instagram panitia pada Senin malam, 17 November 2025.
Lomba ini mensyaratkan karya orisinal yang diambil langsung di lokasi dan waktu kegiatan. Peserta juga wajib memenuhi aturan teknis, termasuk tidak menambahkan elemen visual baru serta melampirkan surat pernyataan bermaterai sebagai bukti keaslian karya.
Meski kompetisi berlangsung ketat, Arung justru tak terlalu memikirkan hasil. Ia hanya ingin pulang membawa cerita. Namun takdir memberi lebih dari itu.
“Saya bersyukur sekali. Karya saya diapresiasi juri, dan itu jadi penyemangat besar untuk terus berkarya,” ujarnya dengan mata berbinar.
“Semoga saya bisa semakin profesional di fotografi dan videografi.”
Dari Tanah Beru, dari balik debu kayu dan peluh para pappalimbang, Arung menemukan bukan hanya foto terbaiknya—tetapi juga keyakinan bahwa dedikasi selalu menemukan jalannya. ( ab )

