PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Di antara rak-rak arsip yang menyimpan jejak sejarah bangsa, sebuah momen hangat terjadi di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Jl. Ampera Raya, Jakarta Selatan, Senin (17/11/2025).
Rahman Rumaday—Founder Komunitas Anak Pelangi (K-apel) dan salah satu penulis antologi Koordinat Rasa—menyerahkan langsung buku tersebut kepada Dr. Andi Abubakar, S.IP., M.Si., Deputi Bidang Tata Kelola Kearsipan Nasional sekaligus mantan Penjabat Bupati Bantaeng.
Pertemuan itu berlangsung sederhana namun penuh makna. Di ruang kerja yang menjadi pusat pengelolaan memori bangsa, Bang Maman—begitu ia akrab disapa—datang membawa bukan sekadar buku, tetapi juga harapan agar cerita, rasa, dan gagasan para penulis dapat menyentuh lebih banyak pembaca.
Antologi Koordinat Rasa sendiri ditulis oleh sepuluh penulis:
Asrul Sani Abu, Heny Suhaeny, Rahman Rumaday, Ratna Sari, Risnawati Anwas, Zulhikma Julinda, Gerhanita Syam, Alifah Nurkhairina, Dirk Sandarupa, dan Nasri A. Muhammad Abduh.
Melalui pesan singkat kepada media ini, Bang Maman tak menyembunyikan rasa syukurnya.
“Alhamdulillah, saya sangat terhormat bisa menyerahkan langsung buku Koordinat Rasa kepada Bapak Dr. Andi Abubakar. Beliau menerima dengan hangat, bahkan mengajak makan siang sambil berdiskusi tentang kearsipan nasional,” tuturnya.
Dalam pertemuan itu, Dr. Andi Abubakar berbagi banyak hal mengenai dunia kearsipan—mulai dari pengelolaan memori sejarah daerah hingga naskah-naskah yang sudah masuk kategori Memory of the World. Ia juga menekankan pentingnya profesionalitas dalam tata kelola arsip, khususnya di Sulawesi Selatan, agar tidak ada sejarah yang terputus atau hilang.
Sebelum pertemuan berakhir, Dr. Andi Abubakar memberikan pesan yang terasa begitu dekat bagi para penulis.
“Kearsipan adalah memori kolektif yang harus kita pelihara bersama, terutama arsip-arsip penting dari Sulawesi Selatan.”
Bagi Bang Maman, kunjungan itu bukan hanya seremonial. Ia menyaksikan langsung bagaimana arsip dan cerita memiliki tempat yang sama pentingnya: menjaga ingatan manusia. Dan di antara tumpukan dokumen sejarah itu, Koordinat Rasa kini menjadi bagian kecil dari perjalanan panjang memori bangsa. ( ab )

