PEDOMANRAKYAT, JAKARTA — Serakah-nomics kini menjadi salah satu isu yang mendapat perhatian besar dari Presiden Prabowo Subianto. Salah satu tokoh yang paling gencar melawan praktik ekonomi rakus ini adalah Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman.
Ia menegaskan komitmen kuat untuk berada di garda terdepan dalam memerangi Serakah-nomics—strategi pelaku besar yang menguasai rantai pasok pangan dan menyingkirkan petani serta penggilingan kecil.
Dengan membongkar pola permainan oligarki pangan, Amran menegaskan kembali fokus pemerintah pada perlindungan petani dan keadilan pasar.
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menegaskan bahwa keberhasilan mencapai swasembada pangan mutlak memerlukan kepemimpinan yang kuat, berani, dan siap menghadapi tekanan—termasuk dalam melawan mafia pangan.
“Untuk swasembada, kita harus siap ditekan, diuji, dan berani melawan mafia pangan. Saya sekuat tenaga menjaga stabilitas harga, tapi Alhamdulillah, hasilnya nyata,” kata Amran.
Ia menegaskan bahwa karakter kepemimpinan pertanian yang kuat adalah kunci mempertahankan kedaulatan pangan. Ia menyebut pemerintah telah berhasil memperkuat Bulog sebagai penyangga harga dan cadangan pangan.
Mentan Amran menjelaskan bahwa pola Serakah-nomics dalam sektor pangan telah berlangsung lama. Pelaku besar sengaja membeli Gabah Kering Panen (GKP) sedikit di atas harga pasar bukan untuk menolong petani, melainkan untuk menyapu habis pasokan dan membuat penggilingan kecil perlahan mati karena tak lagi mendapatkan bahan baku.
“Ini sudah lama tumbuh di Indonesia. Tetapi mungkin baru saatnya hari ini kita membongkar dan berpihak pada rakyat kecil,” ujar Amran.
Ia juga mengungkap praktik manipulasi kualitas beras premium yang beredar di pasaran. Dalam salah satu temuan, beras bermerek yang diklaim premium ternyata memiliki tingkat patahan menir mencapai 59 persen—empat kali lipat dari standar premium yang hanya memperbolehkan maksimal 14 persen.

