Dari BAZNAS Makassar, Jurlan turut memberi gambaran tentang pengelolaan zakat ASN dan bagaimana kontribusinya terhadap program-program sosial.
Di balik seluruh diskusi ini, hadir cerita-cerita kecil tentang keluarga yang pernah terbantu zakat, UMKM yang bangkit, hingga mahasiswa yang menyaksikan langsung bagaimana kebijakan dapat membawa perubahan pada hidup seseorang. Inilah alasan Forum Zakat mendorong kolaborasi pentahelix—agar pemerintah, lembaga zakat, kampus, media, dan masyarakat bisa bergerak dengan tujuan yang sama.
Sejumlah OPZ terlibat dalam forum ini: Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, IZI, LAZ Al-Azhar, LAZISMU, Yakesma, Yatim Mandiri, Rumah Yatim, Sahabat Yatim, BSI Maslahat, LAZ BMI Munzalan, BMM, LMI, WIZ, YBM PLN, YBM Brilian dan lainnya. Semua datang membawa pengalaman dan tantangan masing-masing.
Hadir pula perwakilan Forum Zakat Nasional, akademisi UNM, Dinas Sosial Makassar, serta tokoh masyarakat.
Turut hadir pula Budi dari Forum Zakat Nasional; Kaprodi Ekonomi FEB UNM, Dr. Muhammad Ihsan Said, S.E., M.Si; Dewan CRS Kota Makassar H. A. Erwin Maulana Nyompa, SE; perwakilan Dinsos Makassar; dan sejumlah anggota Forum Zakat.
Dari unsur media, tampak Ardhy M. Basir (Pedoman Rakyat), Arwan D. Awing (NusantaraInsight-BugisPos Group), dan Oshin (Antara) yang ikut memberi sudut pandang penting tentang peran media dalam gerakan kemanusiaan ini.
Pada akhirnya, FGD ini bukan hanya tentang angka, data, dan strategi. Ia adalah tentang manusia—tentang bagaimana zakat bisa menjadi jembatan bagi mereka yang sedang berjuang menuju kehidupan yang lebih layak. Dan hari itu, di UNM, para pemangku kepentingan sepakat satu hal: Makassar tidak boleh berjalan sendiri. Kolaborasi adalah jalan terbaik menuju perubahan. ( ab )

