Zakat dan Harapan Baru untuk Makassar: FOZ Kumpulkan Para Pemangku Kepentingan di UNM

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Di sebuah ruang senat yang hangat di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNM, Kamis (20/11/2025), berbagai pihak dari latar belakang berbeda duduk melingkar. Ada akademisi, pemerintah, pengelola zakat, dan jurnalis. Mereka hadir bukan sekadar mengikuti forum—melainkan membawa harapan yang sama: bagaimana zakat bisa menjadi jalan keluar bagi ribuan warga Makassar yang masih hidup dalam keterbatasan.

Forum Zakat (FOZ), yang menaungi lebih dari 180 organisasi pengelola zakat di seluruh Indonesia, sengaja menghadirkan ragam perspektif ini dalam Focus Group Discussion bertema “Zakat sebagai Instrumen Pengentasan Kemiskinan di Kota Makassar”. Suasana diskusi dibuat cair namun penuh perhatian, dipandu oleh Sherly Annavita yang dikenal piawai menggerakkan obrolan di kalangan anak muda.

Di awal diskusi, Dekan FEB UNM, Prof. Dr. H. Basri Bado, S.Pd., MS.I, berbicara tentang dua hal sederhana namun sangat menentukan: bagaimana zakat dikumpulkan dan bagaimana ia disalurkan.

“Kalau dua ini berjalan baik, maka banyak keluarga bisa keluar dari lingkaran kemiskinan,” ucapnya pelan, namun tegas.

Ia mengingatkan, tujuan utama bukan sekadar memberikan bantuan, tetapi memberi daya.
“Penerima zakat jangan hanya diberi ikan, tapi pancing. Supaya mereka mandiri,” tambahnya—sebuah perumpamaan yang membuat beberapa peserta mengangguk setuju.

Prof. Basri juga mendorong pentingnya sistem big data penerima zakat. Bukan untuk sekadar administrasi, tetapi agar setiap bantuan benar-benar tepat kepada mereka yang berhak.

Dari sisi pemerintah, perwakilan Bappeda Makassar, Muhammad Ichsan, S.STP, M.Si, menyampaikan bahwa penurunan angka kemiskinan bukan hanya target angka, tetapi komitmen moral.
“Kita ingin intervensi yang tepat dan manusiawi, berbasis data yang akurat,” ujarnya.
Pendekatan ini telah dimasukkan dalam rencana kerja daerah agar upaya penanggulangan kemiskinan dapat berjalan lebih terintegrasi.

Baca juga :  Bangun Karakter Sejak Dini, Danramil Mamajang Ajak Siswa YP PGRI Makassar Jadi Generasi Tangguh dan Cerdas Digital

Sementara itu, Ketua FOZ Sulsel, Amir, ST., MM, menegaskan pentingnya penataan big data zakat agar tidak ada warga yang terhitung dua kali atau justru tidak terdata sama sekali.
“Potensi zakat kita di Makassar mencapai Rp1 triliun. Yang terkumpul baru sekitar Rp30 miliar. Artinya masih banyak ruang untuk memperbaiki,” jelasnya.

Dari BAZNAS Makassar, Jurlan turut memberi gambaran tentang pengelolaan zakat ASN dan bagaimana kontribusinya terhadap program-program sosial.

Di balik seluruh diskusi ini, hadir cerita-cerita kecil tentang keluarga yang pernah terbantu zakat, UMKM yang bangkit, hingga mahasiswa yang menyaksikan langsung bagaimana kebijakan dapat membawa perubahan pada hidup seseorang. Inilah alasan Forum Zakat mendorong kolaborasi pentahelix—agar pemerintah, lembaga zakat, kampus, media, dan masyarakat bisa bergerak dengan tujuan yang sama.

Sejumlah OPZ terlibat dalam forum ini: Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, IZI, LAZ Al-Azhar, LAZISMU, Yakesma, Yatim Mandiri, Rumah Yatim, Sahabat Yatim, BSI Maslahat, LAZ BMI Munzalan, BMM, LMI, WIZ, YBM PLN, YBM Brilian dan lainnya. Semua datang membawa pengalaman dan tantangan masing-masing.

Hadir pula perwakilan Forum Zakat Nasional, akademisi UNM, Dinas Sosial Makassar, serta tokoh masyarakat.

Turut hadir pula Budi dari Forum Zakat Nasional; Kaprodi Ekonomi FEB UNM, Dr. Muhammad Ihsan Said, S.E., M.Si; Dewan CRS Kota Makassar H. A. Erwin Maulana Nyompa, SE; perwakilan Dinsos Makassar; dan sejumlah anggota Forum Zakat.

Dari unsur media, tampak Ardhy M. Basir (Pedoman Rakyat), Arwan D. Awing (NusantaraInsight-BugisPos Group), dan Oshin (Antara) yang ikut memberi sudut pandang penting tentang peran media dalam gerakan kemanusiaan ini.

Pada akhirnya, FGD ini bukan hanya tentang angka, data, dan strategi. Ia adalah tentang manusia—tentang bagaimana zakat bisa menjadi jembatan bagi mereka yang sedang berjuang menuju kehidupan yang lebih layak. Dan hari itu, di UNM, para pemangku kepentingan sepakat satu hal: Makassar tidak boleh berjalan sendiri. Kolaborasi adalah jalan terbaik menuju perubahan. ( ab )

Baca juga :  SMKN 5 Bantaeng Wakili Cabdis Wilayah V, Setiawan Aswad Seruput Kopi Tradisi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

GAN Tegaskan Komitmen Kawal Agenda Prioritas Presiden Prabowo: “Ini Tentang Masa Depan Kesejahteraan Rakyat”

PEDOMANRAKYAT, JAKARTA - Ketua Umum DPP Garuda AstaCita Nusantara (GAN), Muhammad Burhanuddin, menegaskan kembali komitmen organisasinya untuk hadir...

Tim PKM UMI Gelar Edukasi Pembuatan Panel Kayu Eg-Plas Sebagai Bahan Bangunan Alternatif di Tamangapa Makassar

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR -- Didanai Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPkM) Universitas Muslim Indonesia (UMI), Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)...

Sentuhan Kepemimpinan: Kasdim 1408/Makassar Bangun Komunikasi dan Disiplin Melalui Kunjungan Rumah Dinas

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Kodim 1408/Makassar kembali memperlihatkan wajah kepemimpinan yang humanis dan berorientasi pada pembinaan personel melalui kegiatan...

Personel Polsek Soeta Bantu Proses Evakuasi Jenazah Penumpang KM Sinabung yang Meninggal Karena Sakit

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Pelayanan kemanusiaan kembali ditunjukkan oleh jajaran Polsek Soekarno-Hatta (Soeta) Polres Pelabuhan Makassar. Personel piket jaga...