Nabil Salim menegaskan bahwa peran zakat bukan hanya memberikan makan sesaat, melainkan menanam bekal kemampuan hidup. “Kehadiran BAZNAS Makassar pada Case Conference ini bukan lagi tentang memberi makan hari ini, tetapi menanam bekal untuk masa depan, salah satunya melalui bantuan modal usaha,” ujarnya.
BAZNAS memandang proses pendampingan bukan semata transfer ilmu, melainkan proses memulihkan harga diri penerima manfaat. Setiap intervensi diawali asesmen mendalam untuk memastikan bantuan tepat sasaran dan mendorong kemandirian, terutama bagi mereka yang memiliki peluang usaha kecil.
Salah satu kasus yang dibahas adalah Hasniati, perempuan 36 tahun dari Kelurahan Balla Parang, Rappocini, yang harus menghidupi enam anak seorang diri setelah berpisah dengan suaminya. Lima anaknya menjadi anak jalanan, sementara satu lainnya hilang. Setiap hari ia mengemis di pelataran Masjid H.M. Asyik Pettarani demi mendapatkan Rp50.000 hingga Rp150.000 untuk bertahan hidup.
Melihat kerentanan itu, Dinas Sosial melalui UPT RPTC bersama BAZNAS berupaya mencari jalan keluar agar Hasniati dan anak-anaknya bisa keluar dari lingkaran kemiskinan dan mengemis. Pendekatan bimbingan fisik, mental, spiritual, dan sosial menjadi pijakan untuk membangun kembali harapan bahwa setiap warga Makassar layak mendapatkan kesempatan hidup lebih baik. (Din Pattisahusiwa)

