Kisah-kisah dari lapangan beberapa hari terakhir membuat para relawan PSMTI semakin yakin bahwa aksi ini harus dilakukan. Banyak keluarga kehilangan tempat tinggal, sebagian masih tinggal di posko darurat, sementara anak-anak menjalani hari tanpa sekolah dan tanpa kepastian kapan semuanya akan pulih.
“Semoga kondisi di wilayah terdampak segera pulih,” ujar Peng Suyoto, “dan masyarakat dapat kembali menjalankan aktivitas dengan aman.”
Pangdam XIX/TT pun memberikan apresiasi atas langkah cepat dan solidaritas yang ditunjukkan PSMTI, terutama karena bantuan ini diorganisir secara kolaboratif antara masyarakat, organisasi, dan aparat negara.
Bagi PSMTI, misi kemanusiaan ini bukan sekadar kegiatan respons bencana. Ini adalah bagian dari identitas mereka sebagai organisasi yang terus bergerak di tengah masyarakat, menjawab panggilan untuk hadir pada masa-masa paling kritis.
Dan pagi itu, di bawah langit Makassar yang cerah, sepuluh truk perlahan mulai meninggalkan lapangan. Tak ada sirene, tak ada upacara panjang—hanya suara mesin yang mengantar perjalanan panjang membawa bantuan. Di balik kaca truk, ada harapan. Di balik harapan itu, ada kepedulian.
PSMTI kembali menunjukkan bahwa solidaritas bukan hanya kata-kata. Ia berjalan, bergerak, dan sampai ke mereka yang paling membutuhkan. ( ab )

