PEDOMANRAKYAT, SUMATERA - Di Lapangan Makodam XIX/TT, Rabu pagi (3/12/2025), udara terasa sedikit berbeda. Barisan truk berwarna cokelat debu, yang biasanya menjadi pemandangan biasa dalam operasi militer, hari itu berubah menjadi simbol harapan. Sepuluh truk berjajar rapi—lima menuju Sumatera Barat, lima lagi ke Sumatera Utara dan Aceh—memuat bahan pangan, selimut, perlengkapan kebersihan, dan logistik yang dibutuhkan ribuan warga terdampak bencana.
Di tengah keramaian itulah tampak para pengurus Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), yang sejak pagi membawa semangat yang sama: membantu mereka yang sedang kehilangan. PSMTI Pusat bersama PSMTI Riau dan PSMTI Sumut berdiri berdampingan, memastikan bantuan benar-benar sampai kepada korban bencana banjir dan longsor yang melanda Sumatera dalam beberapa pekan terakhir.
Pangdam XIX/TT, Mayjen TNI Agus Hadi Waluyo, memimpin langsung kegiatan penyerahan bantuan tersebut. Di sampingnya, Sekretaris Umum PSMTI sekaligus Ketua Pembina PSMTI Riau, Peng Suyoto, berdiri dengan wajah serius namun hangat, ditemani Ketua Harian Jailani Tan, Wakil Ketua PSMTI Riau Tanti dan Fransiska Tang, serta jajaran pengurus lainnya.
Bagi mereka, hari itu bukan sekadar jadwal seremonial. Itu adalah perjalanan batin.
“Kami di PSMTI merasa terpanggil untuk hadir dan membantu saudara-saudara kita...” tutur Peng Suyoto. Kata-katanya melayang di antara hiruk-pikuk pengangkutan logistik, seolah menjadi penopang semangat semua yang hadir.
Ia mengakui, bantuan itu tidak akan mampu menghapus semua duka yang ditinggalkan bencana. Namun ia berharap, sedikit beban dapat terangkat, dan secercah kekuatan bisa kembali muncul di wajah warga yang telah lama berjuang di tengah ketidakpastian.
Kisah-kisah dari lapangan beberapa hari terakhir membuat para relawan PSMTI semakin yakin bahwa aksi ini harus dilakukan. Banyak keluarga kehilangan tempat tinggal, sebagian masih tinggal di posko darurat, sementara anak-anak menjalani hari tanpa sekolah dan tanpa kepastian kapan semuanya akan pulih.
“Semoga kondisi di wilayah terdampak segera pulih,” ujar Peng Suyoto, “dan masyarakat dapat kembali menjalankan aktivitas dengan aman.”
Pangdam XIX/TT pun memberikan apresiasi atas langkah cepat dan solidaritas yang ditunjukkan PSMTI, terutama karena bantuan ini diorganisir secara kolaboratif antara masyarakat, organisasi, dan aparat negara.
Bagi PSMTI, misi kemanusiaan ini bukan sekadar kegiatan respons bencana. Ini adalah bagian dari identitas mereka sebagai organisasi yang terus bergerak di tengah masyarakat, menjawab panggilan untuk hadir pada masa-masa paling kritis.
Dan pagi itu, di bawah langit Makassar yang cerah, sepuluh truk perlahan mulai meninggalkan lapangan. Tak ada sirene, tak ada upacara panjang—hanya suara mesin yang mengantar perjalanan panjang membawa bantuan. Di balik kaca truk, ada harapan. Di balik harapan itu, ada kepedulian.
PSMTI kembali menunjukkan bahwa solidaritas bukan hanya kata-kata. Ia berjalan, bergerak, dan sampai ke mereka yang paling membutuhkan. ( ab )

