Muis Fadli menjelaskan bahwa keberhasilan itu ditopang oleh tiga pilar utama: verifikasi cepat dan tepat sasaran, manajemen anggaran efisien, serta sinergitas yang kuat dengan pemerintah daerah dan masyarakat. Ketiga pilar inilah yang membuat proses pembangunan berlangsung tanpa hambatan berarti.
Menurutnya, sebelum dilakukan intervensi, kondisi rumah para mustahik sangat memprihatinkan. Banyak rumah dengan dinding lapuk, atap bocor parah, serta lantai tanah yang tidak higienis, sebuah potret kerentanan yang mengancam keselamatan keluarga, terutama di musim hujan.
Bagi BAZNAS Gowa, program RTLH bukan sekadar membangun fisik bangunan, tetapi juga memulihkan martabat dan harapan keluarga mustahik. “Setiap rumah adalah janji yang kami tunaikan kepada Allah dan para muzakki,” ujar Muis. “Ketika gubuk rapuh berubah menjadi rumah kokoh, harapan pun tumbuh.”
Respons para penerima manfaat pun sangat mengharukan. Nurhayati Dg. Nurung di Bilasangi meneteskan air mata haru saat menerima kunci rumah barunya, sementara Gusli Dg. Sarro di Limbung tak mampu menyembunyikan rasa syukur setelah bertahun-tahun tinggal di rumah yang hampir roboh.
Di Mataallo, Ahmadi Dg Rate menyambut tim BAZNAS dengan senyum lega. Meski mengalami kelumpuhan, ia kini merasa lebih tenang menatap masa depan anak-anaknya. “Rumah ini adalah ketenangan baru bagi kami. Saya tidak mampu membangun sendiri, dan bantuan ini sangat berarti,” ucapnya.
Wakil Ketua II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, Munawir, menegaskan bahwa misi BAZNAS Gowa adalah memastikan zakat benar-benar kembali kepada yang berhak. “Rumah layak huni ini adalah simbol harapan baru bagi mustahik,” ujarnya. Capaian ini menjadi bukti bahwa kebaikan yang dikelola dengan amanah dapat mengubah kehidupan satu keluarga, satu rumah, dan satu harapan pada satu waktu. (Din Pattisahusiwa)

