PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR — Pimpinan Unit Kerja (PUK) Tenaga Kerja Bagasi Pelabuhan Utama Makassar yang bernaung di bawah PSBM-KPBI (Persaudaraan Serikat Buruh Maritim – Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia) resmi menggelar Konferensi I pada Rabu, (3/12/2025) bertempat di Kantor Sekretariat KPBI Sulsel, Jl. A.P. Pettarani, Kompleks IDI, G7 No. 23 Kota Makassar.
Konferensi perdana ini dihadiri oleh buruh pelabuhan dan pengurus serikat untuk konsolidasi organisasi, pembahasan persoalan-persoalan lapangan, serta penyusunan struktur kepengurusan yang baru. Para anggota menyampaikan berbagai aspirasi terkait kondisi kerja, sistem pembagian tugas, hingga isu kesejahteraan buruh bagasi pelabuhan.
Pengurus KPBI Makassar, Hendrik, menegaskan pentingnya konferensi ini sebagai tonggak awal penguatan organisasi buruh.
“Konferensi ini bukan sekadar pemilihan struktur, tetapi momentum mengembalikan marwah organisasi. Buruh harus bersatu dan tidak boleh dipecah oleh kepentingan luar. PUK Tenaga Kerja Bagasi harus berdiri sebagai pelindung kepentingan seluruh anggotanya,” ujar Hendrik.
Tak hanya itu Hendrika juga menegaskan bahwa KPBI akan terus mengawal persoalan buruh bagasi, termasuk dinamika yang muncul di Pelabuhan Utama Makassar beberapa waktu terakhir.
Dewan Pembina Buruh Pelabuhan, Usman, turut memberi tanggapan atas bergabungnya tenaga kerja bagasi ke dalam KPBI. Menurutnya, langkah ini merupakan keputusan penting untuk memperkuat posisi buruh dalam menghadapi kompleksitas persoalan di sektor pelabuhan.
“Saya menyambut baik bergabungnya tenaga buruh pelabuhan ke dalam KPBI. Ini adalah keputusan besar untuk memperkuat perjuangan kolektif. Buruh tidak bisa berjuang sendiri-sendiri. Serikat seperti KPBI memberi ruang demokratis dan perlindungan nyata bagi pekerja,” kata Usman.
Usman juga menyinggung kondisi buruh di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar, yang belakangan ini banyak diwarnai konflik internal dan kebijakan yang tumpang tindih.
“Apa yang terjadi di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar harus menjadi pelajaran. Ada persoalan-persoalan internal, ketidaktertiban struktur, hingga kebijakan yang sering berubah. Buruh butuh organisasi yang mampu mengawal, mengadvokasi, dan memastikan tidak ada pihak yang dirugikan,” tegasnya.
Ia menegaskan bahwa bergabungnya buruh bagasi dengan KPBI merupakan langkah strategis untuk menghadapi situasi tersebut dengan lebih kuat dan terorganisir.
Melalui Konferensi I ini, KPBI Makassar berharap terbentuknya kepengurusan yang solid, mampu meningkatkan kemampuan advokasi, memperkuat solidaritas, serta menjadi mitra kritis dalam pengawasan kebijakan pelabuhan.
“KPBI Makassar menyerukan kepada seluruh kawan-kawan buruh pelabuhan, jangan pernah ragu dengan perjuangan kita. Kita kuat karena kita bersatu. Tidak ada kekuatan yang lebih besar dari solidaritas buruh. Selama kita berdiri bersama, tidak ada yang bisa melemahkan langkah kita. Teruslah menjaga kekompakan, semangat, dan keberanian. Pelabuhan ini tidak berdiri sendiri tanpa kerja keras kalian dan organisasi ini akan selalu berdiri untuk kalian,” ujar Hendrik. (*)

