Percakapan tentang keluarga, pekerjaan, dan perjalanan hidup berkelindan dengan nostalgia masa kuliah di IKIP Ujung Pandang—tentang ruang kelas, dosen, dan persahabatan yang ditempa oleh waktu. Di sela hidangan khas RM Sandeq, cerita-cerita itu mengalir tanpa sekat, seolah tak pernah terputus.
“Setiap pertemuan selalu menyisakan rindu untuk bertemu lagi,” ujar Rospiaty ( angkatan 80 ) sambil tersenyum.
“Inilah kenangan yang membuat kami terus ingin pulang.”
Arisan memang menjadi alasan berkumpul, namun maknanya jauh lebih luas. Ia menjadi jembatan yang menjaga ikatan alumni tetap utuh—sebuah keluarga besar yang tumbuh bersama, saling menguatkan, dan saling mendoakan.
Pada hari yang sama Asri Ayu salah seorang peserta arisan, berulang tahun.
Menjelang acara usai, tak seorang pun tampak ingin bergegas. Waktu terasa terlalu singkat untuk cerita yang begitu banyak. Di meja arisan itu, para alumni PPSP IKIP Ujung Pandang kembali menemukan arti pulang: ke kenangan, ke persahabatan, dan ke silaturahmi yang tak lekang oleh waktu. (ab)

