PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Di sebuah sudut Jalan Pengayoman, Minggu malam, 14/12/2025 itu, RM Sandeq tak sekadar menyajikan hidangan. Tempat ini menjelma ruang pulang—tempat kenangan lama disapa kembali dan persahabatan lama dirawat dengan hangat. Arisan putaran ketujuh periode 2025/2026 Ikatan Keluarga Besar (IKB) PPSP IKIP Ujung Pandang berlangsung dalam suasana akrab, sederhana, dan penuh rasa kekeluargaan.
Satu per satu alumni berdatangan. Wajah-wajah yang menua oleh waktu justru memancarkan kegembiraan yang jujur. Begitu salam bersua terucap, sekat tahun dan jarak seolah runtuh. Tawa pecah, cerita lama mengalir, dan panggilan akrab masa kuliah kembali hidup.
Kegiatan ini dikoordinir oleh Farida Amansyah dan Vera Padang, dengan dukungan pengurus arisan—Mardiana, Dwi Wahjurini, dan Rahma Amansyah—yang setia menjaga ritme kebersamaan. Tema yang diangkat, “Merajut Silaturahmi, Menguatkan Solidaritas, Membangun Kenangan Indah Bersama”, tak berhenti sebagai slogan. Ia hadir nyata dalam setiap percakapan dan pelukan yang terjalin.
Bagi Hj. Helmy Wahid, alumni angkatan 1988, arisan ini memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar pertemuan rutin.
“Arisan ini bukan soal giliran atau angka,” tuturnya. “Yang kita rawat di sini adalah rasa kebersamaan. Di tengah kesibukan masing-masing, momen seperti ini membuat kami merasa masih satu keluarga.”
Sementara itu, Rio Suaib, alumni angkatan 1980, memandang pertemuan ini sebagai pengikat ingatan sekaligus peneguh persaudaraan.
“Usia boleh bertambah, tapi rasa memiliki itu tidak boleh hilang,” katanya. “Berkumpul seperti ini mengingatkan kami pada masa-masa sederhana di SMA, saat semua mimpi masih dirajut bersama.”
Percakapan tentang keluarga, pekerjaan, dan perjalanan hidup berkelindan dengan nostalgia masa kuliah di IKIP Ujung Pandang—tentang ruang kelas, dosen, dan persahabatan yang ditempa oleh waktu. Di sela hidangan khas RM Sandeq, cerita-cerita itu mengalir tanpa sekat, seolah tak pernah terputus.
“Setiap pertemuan selalu menyisakan rindu untuk bertemu lagi,” ujar Rospiaty ( angkatan 80 ) sambil tersenyum.
“Inilah kenangan yang membuat kami terus ingin pulang.”
Arisan memang menjadi alasan berkumpul, namun maknanya jauh lebih luas. Ia menjadi jembatan yang menjaga ikatan alumni tetap utuh—sebuah keluarga besar yang tumbuh bersama, saling menguatkan, dan saling mendoakan.
Pada hari yang sama Asri Ayu salah seorang peserta arisan, berulang tahun.
Menjelang acara usai, tak seorang pun tampak ingin bergegas. Waktu terasa terlalu singkat untuk cerita yang begitu banyak. Di meja arisan itu, para alumni PPSP IKIP Ujung Pandang kembali menemukan arti pulang: ke kenangan, ke persahabatan, dan ke silaturahmi yang tak lekang oleh waktu. (ab)

